Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Harga sejumlah komoditas pangan mayoritas lebih stabil pasca hari raya. Hal ini diduga karena masyarakat sudah beraktivitas seperti biasa menjelang penerapan new normal.
Rusmilah selaku Petugas Fungsional APHP (Analisis Pasar Hasil Pertanian) mengatakan pantauan harga pangan diambil dari sampel harga yang didapat dari pasar-pasar besar di Pati.
“Karena keterbatasan waktu yang kami pantau baru pasar-pasar besar sebagai sample terutama di Pasar Puri kalau tidak ya di Pasar Gowangsan, untuk harga Nggak beda jauh.” Kata Rusmilah, Sabtu (13/6/2020).
Dari pantauan tersebut, harga daging sudah mulai stabil. Dijelaskan daging sapi ke tangan pembeli bisa didapat dengan Rp 105.000 per kilo, daging ayam kampung Rp 70.000 per kilo, ayam ras Rp 23.000 per kilo, dan telur ayam ras Rp23.000 per kilo.
“Telur saat ini agak naik dari 17 ribu sekarang sudah 23 ribu. Ayam ras juga naik setelah lebaran, karena ayam baru masuk kandang.” jelasnya.
Baca juga : Pasca Lebaran dan Jelang New Normal, Harga Sembako di Kota Semarang Masih Stabil
Untuk pemantauan komoditas holtikultura harganya cenderung menurun, mulai dari harga bawang merah ke tangan konsumen mencapai Rp 38.000-45.000 dan bawang putih Rp 23.000. Khusus untuk cabai kriting harganya masih di bawah rata hingga Rp 5000-7000 ke tangan konsumen.
“Bawang putih dari hari raya nanjak sapai 54 ribu sekarang hanya 22-30 jadi turunya banyak karena daerah lain sudah banyak yang panen. Kalau cabai kan dominan hanya Jaken dan Pucakwangi. Cabai merah kriting harganya masih turun diantara 5-6 ribu tapi harusnya 10 ke atas. Karena permintaan berkurang. Untuk catering, rumah makan banyak yang tutup, karena cabaikan untuk masak, ditambah lagi mudah rusak juga.” Terangnya.
Empon-empon atau biofarma yang di awal social distancing harganya meroket karena diduga menambah imun tubuh sekarang harganya sudah stabil. Kini harga Jahe dipasaran menjadi Rp 40.000, kencur Rp 30.000, temulawak Rp 12.000 dan kunyit Rp 10.000
Untuk bahan pokok seperti beras, Rusmilah mengakui bahwa kesediaan di Pati itu surplus, karena Pati menjadi salah satu kota produsen dan pemasok beras dan gabah.
“Kalau untuk beras, Pati itu malah surplus. Untuk beras malah menyuplay luar provinsi. Disini kan daerah produsen untuk beras dan gabah.” Pungkasnya. (*)
Baca juga :
- Ditutup 3 Hari, Penataan Pasar Belum Diterapkan di Pasar Mangkang
- Patut Dicontoh, Desa Ngemplak Kidul Punya Jogo Tonggo untuk Ketahanan Pangan
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook dan instagram
Redaktur : Dwifa Okta
Wartawan Area Kabupaten Pati