Wiwit, Kenduren Ajaran Sunan Kalijaga Sambut Masa Panen

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com Sudah menjadi tradisi bagi warga Pati, sebelum masa panen padi secara bergantian para petani menggelar wiwit.

Wiwit bisa diartikan sebagai aktivitas berdoa bersama/kenduren. Kenduren ini biasanya dilakukan di area sawah dengan maksud bersyukur atas hasil panen.

Diakui Muhammad Ajib, seorang petani dari Desa Jatisari, Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati, wiwit merupakan salah satu ajaran dari Sunan Kalijaga.

“Kalau di tempat saya, wiwit dilakukan menjelang panen saat padi mrapu (menguning), kita mengadakan kenduren bersama, tapi di rumah. Dibacakan manaqib dan berkatnya dibagikan,” jelasnya kepada Mitrapsost.com pada Kamis (9/7/2020).

Baca juga: Kodim Pati Panen Demplot Padi di Desa Karangwage

“Kalau kenduren yang di sawah namanya ngapek nganten. Menyembelih ayam, bawa pisang dan di doakan di sawah. untuk minta izin ke penunggu sawah,” imbuhnya.

Dalam pelaksanaanya, kiai atau pemandu kenduren memotong beberapa batang padi dan dijadikan dua ikat. Dari ikatan tersebut kemudian dinamakan pari lanang (lelaki) dan pari wedok (perempuan).

“Karena menurut kepercayaan Jawa, kalau tidak izin, padi yang dimakan akan jadi tidak barokah. Padi jadi tidak awet kalau disimpan, dimakan juga tidak membuat sehat,” urai Ajib.

Selain didoakan secara adat muslim, terlebih dahulu pemandu akan membaca doa khusus, ‘Mbok sri iki pari lanang pari wedok tak boyong mulih. Nyuwun barokah, nyuwun selamet awal akhire.

“Baru didoakan sesuai doa syariat islam,” terang Ajib.

Oleh Warga Pati, tradisi wiwit diyakini dapat menimbulkan ketentraman dalam hati karena padi yang dipanen telah mendapatkan izin sehingga hasil panen lebih barokah dan menyehatkan. (*)

Baca juga: 

 

Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram

Redaktur : Ulfa PS