palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Pandemi Covid-19 mampu mengubah tatanan hidup baru di kalangan masyarakat. Banyak aktivitas tatap muka yang dialihkan secara virtual membuat banyak orang ketergantungan dengan platform digital. Tak mustahil jika hal ini memancing maraknya kejahatan bermodus rekayasa sosial atau manipulasi psikologis.
Melansir, detikINET, menurut peneliti dari Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Seno Hartono, Manipulasi psikologis bukan hal yang baru, Sebelum pandemi pun banyak dilakukan. Tapi di saat pandemi, terjadi lonjakan luar biasa penggunaan platform online sehingga frekuensi kejahatan pun meningkat.
Baca juga: 5 Inovasi Teknologi yang Bisa Kamu Gunakan Agar Tetap Sehat Selama PSBB
Orang-orang yang mudah dieksploitasi dengan modus ini adalah mereka yang kurang kritis, lengah, tidak cek dan ricek sesuatu, dan tidak punya pemahaman tentang keamanan.
Inilah 5 jenis social engineering yang patut diwaspadai utamanya saat pendemi.
- Phising
Kejahatan ini kerap menyasar layanan streaming berbayar, perbankan, e-commerce, dan UMKM. Penipuan lewat phising berkedok transfer perbankan, pembobolan data pengguna e-commerce, atau penipuan layanan streaming berbayar dengan iming-iming gratis.
Baca juga: Bisa Nonton Bareng, Facebook Usung Fitur Watch Together
Data Kaspersky menunjukkan, di kuartal pertama 2020 di Indonesia, terdapat 192.591 serangan phising terhadap UMKM, naik dari 158.492 di kuartal pertama 2019. Modus yang paling umum adalah, peretas mengirim email terkait informasi CIVID-19 untuk memanfaatkan potensi keingintahuan dan kepanikan masyarakat.
- Phone scams
Aksi phone scams biasa menyasar layanan perbankan melalui scam kartu kredit, misalnya penipu menelepon korban dan meminta OTP atau data pribadi lainnya.
Baca juga: Terbesar Mengunduh Aplikasi TikTok dari Indonesia
- SMShing
Penipuan SMShing kerap menjerat pelanggan layanan telekomunikasi. Salah satu contohnya, korban dihubungi lewat SMS diberitahu mereka menang sebuah undian.
- Impersonation
Kejahatan cyber ini kerap mengatasnamakan e-commerce atau BUMN. Misalnya, penipuan bagi-bagi kuota internet mengatasnamakan e-commerce atau lelang online.
Baca juga: Ditemukan Kemunculan Gas di Venus, Tanda-tanda Kehidupan Alien?
- Pretexting
Contoh dari jenis kejahatan ini adalah penipuan mengataskan Menteri Luar Negeri, giveaway mengatasnamakan e-commerce terkemuka, public figure, atau platform investasi saham.
Mengingat syarat utama agar kegiatan digital bisa berjalan aman dan nyaman adalah keamanan, sangat penting untuk melakukan edukasi yang terus menerus dan konsisten supaya individu pengguna teknologi bisa memahami dan menghindari tipe penipuan seperti ini.
Baca juga: Pastikan Perangkat Anda Resmi, Ketahui Tanda-tanda Ponsel BM
Agar terhindar dari kejahatan tersebut, ada lima perilaku sederhana yang dapat meningkatkan keamanan digital:
- Hindari kata sandi yang mudah ditebak dan tidak membagikan kata sandi akun kepada orang lain
- Mengamankan diri dengan lebih dari satu akses keamanan dan memperkaya diri dengan perintah digital yang tidak umum
- Terus memperbarui diri dengan informasi mengenai penipuan dan keamanan digital.
- Waspada terhadap email phising. Cek tata bahasa email, terutama waspada jika tata bahasanya salah dan sensasional
- Untuk setiap informasi baru, selalu mengecek kebenarannya ke laman atau akun media sosial resmi.
Baca juga:
- UMKM GoJek Bisa Daftar Mandiri Melalui GoBiz
- Waspada Modus Penipuan Via WhatsApp, Telepon Menang Lotre
- Apple Buka Pabrik di India
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, instagram, dan twitter
Redaktur: Atik Zuliati
Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com