Tak sama, Inilah Perbedaan Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen

Mitrapost. com – Banyaknya jenis tes deteksi Covid-19, membuat masyarakat bingung untuk membedakannya. Mulai dari tes cepat molekuler (TCM), rapid test, dan PCR test.

Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan RI, rapid test ada dua macam, yaitu rapid test antibodi dan rapid test antigen. Banyak yang mengira kedua jenis pemeriksaan cepat ini sama saja. Padahal, keduanya berbeda.

Baca juga: 5 Inovasi Teknologi yang Bisa Kamu Gunakan Agar Tetap Sehat Selama PSBB

  1. Mengenal Rapid Test

Rapid test, adalah tes yang dilakukan secara cepat. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menuliskan bahwa hasil rapid test bisa didapat selama 10 menit dan paling lama 2 jam.

Tes ini didesain untuk digunakan kepada individu atau sampel yang terbatas, sehingga lebih ekonomis. Tes ini bisa berguna saat dibutuhkan uji dalam keadaan darurat.

Melansir IDNTimes, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut bahwa uji cepat ini memiliki tingkat akurasi 50-70 persen, bahkan untuk flu biasa.

Baca juga: Resmi Diblokir Pemerintah AS, WeChat Berganti Nama WeCom

  1. Rapid test antibody

Rapid test antibodi menyasar antibodi tubuh terhadap penyakit COVID-19. Melansir Kawal COVID19, tes ini bekerja dengan cara mencari antibodi (imunoglobulin atau Ig G dan M) dalam darah sebagai bukti bahwa tubuh sedang atau sudah pernah memerangi virus SARS-CoV-2.

Baca Juga :   Masuk Gunung Bromo, Wisatawan Wajib Tunjukkan Hasil Negatif Tes Rapid Antigen

Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah darah. Sampel darah tersebut bisa diambil di jari atau sampel yang berasal dari serum darah.

Ini merupakan jenis tes cepat yang paling umum dilakukan di Tanah Air. Tes ini tidak perlu dilakukan di laboratorium dengan dengan biosecurity level II, sehingga memungkinkan untuk dilakukan di komunitas dengan tenaga dan sarana kesehatan yang terbatas.

Baca juga: Inovasi Ponsel Layar Lipat Digadang-gadang Bakal Menjamur di Pasaran

Rapid test ini punya kelebihan antara lain: mudah dilakukan di mana saja, hasilnya cepat, dan dapat digunakan untuk skrining infeksi COVID-19 pada populasi. Harganya pun lebih murah.

Namun, tes ini punya banyak kendala. Rapid test antibodi tidak dapat digunakan sebagai alat deteksi dini bagi orang-orang yang masih dalam hari-hari awal masa inkubasi. Tingkat IgG dan IgM masih rendah pada masa-masa tersebut, meskipun jumlah partikel virus sangat tinggi di awal.

Baca juga: TikTok Incar Pendiri Instagram untuk Dijadikan CEO

Bila pasien diuji pada masa tersebut, hasil tes antibodi akan negatif palsu (false negative), meski kenyataannya pasien mengidap COVID-19. Karena itu, penting bahwa seseorang yang dianggap berisiko tinggi, tetapi negatif pada antibodi pertama, harus dites lagi sekitar seminggu setelahnya.

Baca Juga :   Google Terapkan Aturan Baru di Play Store Guna Depak Aplikasi Penguntit

Melansir detikINET, menurut Texas Health and Human Services (THHS), tes antibodi berguna untuk menentukan pasien mana yang cocok sebagai partisipan untuk uji penanganan COVID-19 atau lebih tepatnya untuk mencari vaksin. Jika tes antibodi ini dilakukan dalam jumlah besar ke masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan bisa mengetahui seberapa jauh populasi yang sudah pernah terkena COVID-19.

Baca juga: Bisa Nonton Bareng, Facebook Usung Fitur Watch Together

  1. Rapid Test Antigen

Rapid test antigen disebut-sebut lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi, sehingga tes ini diproyeksikan akan menggantikan rapid test antibodi.

Walaupun hasil tes bisa keluar sama cepatnya dengan rapid test antibodi, tetapi rapid test antigen mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2, bukan mendeteksi antibodi tubuh terhadap COVID-19.

Spesimen yang diperlukan untuk rapid test antigen adalah swab orofaring atau swab nasofaring. Inilah kenapa rapid test antigen juga disebut sebagai rapid swab. Tes harus dilakukan di fasilitas layanan kesehatan yang memiliki fasilitas biosafety cabinet.

Baca juga: Masker Scuba dan Buff Tidak Direkomendasikan untuk Digunakan Sehari-hari

Sebagai informasi, antigen adalah protein yang dikeluarkan oleh virus. Antigen bisa terdeteksi bila ada infeksi yang sedang berlangsung dalam tubuh. Inilah mengapa rapid test antigen paling baik digunakan pada orang yang baru saja terinfeksi COVID-19.

Baca Juga :   Blora Tak Berlakukan Rapid Test Antigen

Tingkat akurasi rapid test antigen dikatakan lebih akurat dari rapid test antibodi. Sebab, antigen langsung merepresentasikan keberadaan virus dalam tubuh. Secara harga, rapid test antigen lebih mahal dari rapid test antibodi, tapi lebih murah dari tes PCR. Meski begitu, hasilnya tak bisa menjadi patokan dan sifatnya hanya sebagai skrining awal.

  1. PCR test

Tes PCR adalah satu-satunya standar pengujian COVID-19 yang diakui WHO. Tes ini mendeteksi virus dengan mencari jejak genetik virus di sampel.

Melansir Kawal COVID-19, tes PCR sebagai standar emas pengujian SARS-CoV-2 memerlukan tes kit untuk mengambil sampel swab dari rongga nasofaring dan cairan reagen untuk mengisolasi potongan kode genetik yang dimiliki virus yang diuji. Dua lokasi ini dipilih karena menjadi tempat virus akan menggandakan dirinya.

Baca juga: Google Terapkan Aturan Baru di Play Store Guna Depak Aplikasi Penguntit

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati