Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Pertanian menjadi sektor penunjang ketahanan pangan di negeri ini. Namun, musim kemarau membayangi para petani desa akan gagal panen yang berdampak kerugian bagi mereka.
Salah satunya yang menimpa Prapti, petani bawang merah asal Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana Kabupaten Pati ini merasa ongkos bertani di musim panas melambung tinggi. Sedangkan harga jualnya ketika panen justru turun drastis.
Baca juga: Dewan Pati Berharap Mesin EDC Diaktifkan, Agar Kartu Tani Bisa Segera Digunakan
Pada musim penghujan ladang seluas 1/3 hektar cukup dengan modal Rp 20 juta dengan penghasilan Rp 100 juta. Sedangkan apabila musim panas, ia hanya bisa mendapatkan Rp 35 hingga Rp 45 juta dari ladang garapannya tersebut.
Menurutnya hal ini terjadi karena harga bawang merah ketika panen hanya berkisar Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per kilonya. Sedangkan harga ketika musim penghujan harganya melambung tinggi hingga Rp30 ribu per kilonya.
Baca juga: Hari Tani Nasional, Dewan Pati Berharap Petani Bisa Sejahtera
Padahal masa tanam bawang di musim kemarau lebih lama daripada masa tanam di musim penghujan. Di musim penghujan pihaknya bisa memanen ketika umur tanaman sudah mencapai 50 hari. Sementara di musim kemarau bisa mencapai 60 hari untuk panen.
Menanggapi persoalan ini salah satu anggota DPRD Kabupaten Pati, Noto Subiyanto angkat bicara. Ia mengingatkan kepada dinas terkait untuk melakukan operasi pasar untuk mengontrol harga bawang dan bahan pokok lainnya.
“Seharusnya dinas terkait melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga,” pungkas, Dewan Fraksi PDI Perjuangan, Jumat (25/9/2020).
Baca juga:
- Dewan Pati Imbau Pelaku Usaha Evaluasi Biaya Produksi di Masa Pandemi
- Arab Saudi Sudah Buka Akses Umrah, Ini Tanggapan Dewan
- Hari Tani Nasional, Dewan Pati: Lanjutkan Reformasi Agraria
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, instagram, dan twitter
Redaktur : Atik Zuliati
Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com