Begini Kata Petani Pati Agar Kopi Indonesia Naik Peringkat

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com - Di tingkat Internasional kopi Indonesia berada di Peringkat 3 dunia di bawah Brazil dan Vietnam. Padahal, berpuluh tahun lalu Vietnam pernah berguru kepada Indonesia tentang bagaimana proses mengolah kopi. Hal ini disampaikan oleh Muttaqin, owner Kopi Jowo, Desa Sidomulyo Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati. Baca juga: Kopi Pati Masuk Kancah Nasional Pengusaha kopi kebanggaan Pati ini, atas kualitas kopi olahannya pernah mendapatkan peringkat 5 Nasional dalam Kontes Kopi Specialty Indonesia (KKSI) pada 2018 lalu. Motivasi Muttaqin menggagas Kopi Jowo juga karena ingin meningkatkan sumber daya para perani kopi di Pati dan menaikkan peringkat kopi nasional di kancah internasional. Baca juga: Video : Imbas Kemarau Panjang 2019, Tahun Ini Produksi Kopi Pati Turun Menurutnya, potensi para petani Pati belum dikeluarkan secara maksimal lantaran hanya fokus pada membudidaya dan memanen saja. Kopi yang diproses dan diolah setelah dipanen akan mempengaruhi efek kopi yang diseduh. Hal ini tentunya akan berbanding lurus dengan kualitas dan nilai jual kopi di pasaran. Baca juga: Video : Forkopimda Pastikan Kesiapan Pembukaan Kembali Tiga Pasar di Sumber Menurut Muttaqin, perkembangan kopi daerah dan nasional cenderung datar, ditambah lagi usia para petani kopi produktif mayoritas menginjak 60 tahun. "Makanya saat ini Indonesia tergeser ke posisi 3 digeser Vietnam. Padahal berapa puluh tahun lalu mahasiswa Vietnam pernah menimba ilmu di Indonesia di Puslitkoka (pusat penelitian kopi dan kakao)," kata Muttaqin kepada palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Senin (30/11/2020). Baca juga: Imbas Kemarau Panjang 2019, Tahun Ini Produksi Kopi Pati Turun Imbuhnya, peringkat tersebut adalah berdasarkan produktifitas kopi di masing-masing negara. Untuk perbandingan, di Indonesia per hektar lahan kopi Nasional hanya mampu memanen 700 kg-1,5 ton kopi. Dengan asumsi biaya produksi Rp19-20 ribu perkilo. Sehingga para petani dituntut menjual kopinya diatas Rp20 ribu. Baca juga: Jenis Kopi Yang Harus Kamu Pahami "Sedangkan untuk vietnam saat ini produktivitasnya meningkat dengan angka 3,5 ton per ha ini sebetulnya menjadi ancaman serius bagi petani kopi dalam negeri karena dengan angka 3,5 ton biaya produksi mereka itu hanya sedikit sekitar 10 ribu per kilogram," imbuh Muttaqin. Ancamannya di dalam negeri, Indonesia akan dibanjiri ekspor dari petani vietnam yang otomatis akan menjatuhkan harga petani dalam negeri. Baca juga: Video : ZEITo Kopi &#038; Teras Sore, Cafe Kekinian di Pinggir Kota "Soalnya kalau petani Vietnam jual ke Indonesia bisa Rp15 ribu saja, lebih murah daripada kopi kita. Jika ini terjadi kesejahteraan petani kita susah," terangnya. Dalam waktu dekat jika pemerintah tidak mengembangkan sektor pertanian kopi, petani Indonesia kemungkinan tidak mampu berkompetisi. Baca juga: Dispertan Pati Ungkap Penyebab Kelangkaan Kopi Bukannya tanpa celah, sebagai alternatifnya, Indonesia masih bisa melakukan coffee specialty (mengolah kopi agar bermutu tinggi, selain berkaitan dengan proses pengolahan juga dipengaruhi oleh kualitas kondisi kebun). Pasalnya kata Muttaqin, kopi Indonesia memiliki kelebihan dibanding negara lain, yaitu cita rasa dan keberagaman. Baca juga: Video : Selain Padi, Harga Kelapa Kopyor Pati Stabil saat Pandemi "Masyarakat kita teletak di beberapa pulau yang memiliki karakteristik rasa yang berbeda, tidak seperti negara lain kalau kita lihat di Kolombia dan Brasil itu citarasanya hampir sama," katanya. "Maka itulah peluang pasar kita, dengan menungkatkan kualitas selain melakukan pasca pengolahan yang benar fullwash natural hingga wine itu harus dilakukan," pungkasnya.(*) Baca juga: Dispertan Pati Gencarkan Gerakan Petik Merah dan Desa Mandiri Benih Video : Selain Padi, Harga Kelapa Kopyor Pati Stabil saat Pandemi Sepi Sejak Pandemi, Begini Kondisi Plaza Pragola Pati Sekarang Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram Redaktur: Atik Zuliati