Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Sejumlah praktisi pendidikan menilai pembelajaran daring membuat guru dan siswa melek teknologi.
Mereka menilai, sebelum adanya kebijakan pembelajaran daring hanya sedikit guru maupun siswa yang memanfaatkan teknologi untuk membantu kegiatan belajar mengajar.
“Guru kita, anak yang gagap IT dituntut mengoperasikan HP dan laptop. Di RA yang dulunya ditunggui, tapi sekarang pakai digital, ya bisa,” ujar Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pati, Ruhani, saat ditemui palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, belum lama ini.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Pati, Suhono. Pembelajaran daring ini membuat kekreatifitasan tenaga pengajar di sekolahannya lebih keluar.
Baca juga: Pembelajaran Daring, Prestasi Akademik Siswa Madrasah Meningkat
Dulu, sebelum pembelajaran daring ditetapkan, kebanyakan guru hanya memanfaatkan pertemuan di kelas untuk mentransfer ilmu.
“Bagus. Untuk siswa dan guru jadi melek teknologi. Yang dulu hanya (bisa menggunakan) WA, sekarang bapak/ibu guru bisa memformat pembelajaran lewat Google Class Room, lewat di-Youtube-kan, difilmkan,” ujarnya ditemui terpisah.
“Kalau dulu kan asal ngobrol begitu dengan anak-anak,” lanjut Suhono.
Sementara, kata Suhono, siswa lebih memanfaatkan teknologi untuk belajar. Tidak hanya untuk nge-game atau bermain Youtube yang tidak jelas. “Yang siswa juga melek teknologinya jadi pinter,” tuturnya.
Baca juga: 223 Sekolah Tingkat Menengah di Pati Dapat Bantuan Pendidikan dari Baznas
Meskipun demikian, beban pekerjaan para guru lebih banyak daripada pembelajaran tatap muka pada umumnya. “Guru juga tambah kerjaannya malah. Anak mengirim tugas dengan format form itu segara harus direkap. Kalau dulu kan bisa ditunda,” ungkapnya.
Selain itu, pembelajaran daring ini juga membuat para guru maupun orang tua siswa mau tak mau terpaksa merogoh kantong lebih dalam untuk pembelian kuota internet.
Pihaknya juga tidak bisa memantau perkembangan siswa secara langsung. Bahkan ada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran.
“Tapi kelemahannya ya kuota internet tambah banyak. Terus kita tidak bisa memantau karakter siswa. Yang ekstrim ya anak-anak yang ndak mau pembelajaran daring. Absennya yang kosong. Tapi di kami persentasenya kecil,” katanya.
Maka dari, ia pun berharap pembelajaran tatap muka dapat dilakukan. Agar siswa bisa mendapatkan hak belajarnya dengan maksimal. (*)
Baca juga: Maksimalkan Pembelajaran Daring, Kemenag Gandeng Google
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur : Ulfa PS
Wartawan