Hasil Produksi Padi Varietas Hipa 21 Jadi Harapan Ekspor Rembang

Rembang, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Hasil pembudidayaan benih padi Varietas Hipa 21 di Kabupaten Rembang terbilang memuaskan. Pasalnya dalam beberapa waktu yang lalu kabupaten Rembang melakukan panen benih di Kecamatan Sale.  Atas perkembangan hasil tersebut kegiatan eskpor dapat dilakukan oleh Kabupaten Rembang nantinya.

Hal ini disampaikan oleh Desti Mulyadi, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultural pada Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) saat ditemui di kantornya pada Senin (28/12/2020). Desti mengungkapkan dalam proses produksi dan pemasarannya, kelompok tani di Kabupaten Rembang bekerjasama dengan PT. Tunas Widji Inti Nayottama (TWINN) sebagai pemberi bibit sekaligus menjadi pengepul.

Baca juga: Kunjungan ke Rembang, Gus Yaqut Sebut Dua PR Besar

“Sebenarnya pembenihan ini merupakan program dari pemerintah pusat yang dikerjakan oleh kelompok tani di Kecamatan Sale. Kemudian hasilnya dijual kepada PT TWINN. Ada program ada pengepul, ketemu di situ,” imbuhnya.

Dalam prosesnya, program ini baru dijalankan pada tahun 2020 dengan menyediakan lahan sebesar 50 ha. Luasan lahan yang menurut Desti hasilnya lumayan bagus. Perhektar bisa paneh benih sebanyak 3 sampai 3,5 ton. Jumlah tersebut dibeli oleh PT TWINN sebesar Rp17 ribu perkilo.

Baca juga: Video : Sosialisasi Penutupan Pasar Rembang, Pedagang Tak Keberatan

“Namun ada yang cuma 1 ton, karena ini barang baru beberapa petani masih perlu adaptasi dan edukasi dan dalam hal ini petani harus benar-benar fokus,” terangnya.

Tidak hanya padi saja, kelompok tani Rembang di Kecamatan Sale, Pamotan, Pancur dan Sedan juga mendapatkan program dari pemerintah untuk mengembangkan benih jagung dengan varietas JH 37.

“Hasilnya rata-rata bisa mencapai 4 ton per hektar dan dihargai oleh PT TWINM sebesar Rp5.250 perkilo,” jelasnya.

Baca juga: Video : Gereja Kristen Indonesia Rembang Gelar Ibadah Natal, Jemaat Dibatasi

Desti menerangkan bahwa dari proses awal hingga panen, keduanya memakan waktu hingga 3 bulan. Ke depan, diharapkan kelompok petani sudah bisa mandiri dalam memproduksi benih ini.

Pihaknya pun menambahkan bahwa kebetulan dalam pengembangan benih ini kelompok tani didampingi oleh beberapa lembaga penelitian. Untuk padi didampingi oleh balai penelitian padi Sukamandi dari Jawa Barat. Sedangkan pengembangan benih jagung didampingi oleh balai penelitian jagung Maros dari Sulawesi.

“Nanti ke depan jika petani sudah mandiri bisa konsultasi dengan balai penelitian tersebut,” tutupnya. (*)

Baca juga:

Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram

Redaktur: Atik Zuliati

 

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=RSxzXGArIp8[/embedyt]