Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Yasiman, Petani Desa Gunungsari Kecamatan Batangan Kabupaten Pati memilih beralih ke pertanian organik setelah alokasi pupuk kimia subsidi dari pemerintah sering langka di pasaran.
Dalam bertani organik, ia dibantu anaknya yang mahasiswa pertanian dan dibantu oleh PPL Dispertan Pati.
Dengan budidaya organik selain merasakan tanahnya makin subur biaya operasional taninya juga dapat ditekan.
“Waktu itu anak saya di UNS Solo jurusan pertanian, menyarankan dari kampus diajak supaya tanah kita di indonesia ini jangan sampai rusak dengan kimia. Pak itu tanaman jangan pakai kimia terus kita buat sendiri. Dari PP: malah mendukung,” ungkap tokoh di kelompok tani Karya Lestari Desa Gunung sari itu kepada palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com saat ditemui belum lama ini.
Baca juga: Tingkatkan Produktivitas, Dispertan Pati Optimalisasi Peranan Mantri Hewan
Karena seluruhnya menggunakan metode organik, Yasiman mengaku banyak memodifikasi pola tanamnya. Ia menjelaskan sebelum disebar, bibit terlebih dulu harus dipisahkan antara yang berisi dan kopong.
“Pembuatan bibit, kita mulai merendam pakai air, garam, dan telur untuk mengangkat padi yang akan ditebar agar bibit kopong terangkat yang bagus tertinggal. Setelah dua hari disimpan setelah berkecambah ditebar 20 hari baru pindah lokasi untuk ditanam,” jelasnya.
Tanah yang dibajak juga diberi abu sekam dan arang batok untuk menambah unsur hara dalam ranah.
Untuk mengusir hama, Setelah 7 hari ditanam padi muda tetap menyemprot pestisida. Namun pestisida yang digunakan bukan kimia melainkan dari bahan alami seperti bawang putih, merica, dan bahan sederhana lainnya.
Terbukti saat panen musim tanam pertama (MT-1) tahun ini, ia membandingkan hasil panennya sama dengan hasil panennya dulu saat masih menggunakan pupuk kimia.
Baca juga: Warga Siasati Larangan Takbir Keliling, Bupati Pati Turun Tangan
“Memang waktunya lebih lama dari yang biasa. Tapi saya panen bisa 5.135 kilo per meter. kalau dihitung 8,2 ton per hektare. ya sama,” ujar yasiman.
Penyuluh Petani Lapangan Kelompok Jabatan Fungsional (PPL KJF) Kecamatan Batangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Sudiyanto mengapresiasi inovasi organik kelompok tani Karya Lestari. Ia mengatakan gerakan ke organik ini perlu didukung untuk mengurangi ketergantungan pupuk kimia di lini petani.
“Tahun 2020 memang di Indonesia keadaannya kurang anggatan. Pemerintah fokus di covid, subsidi negara masalah pupuk tersendat. Akhirnya kelompok tani Karya Lestari dan kita bersama-sama menerapkan pola semacam ini dan bisa berhasil. Untuk pupuk infonya 2021 aman tapi NPK yang langka tapi bisa lah terjawab dengan pupuk kita yang organik ini,” tandas Sudiyanto.(Adv)
Baca juga:
- 33 RT di Pati Zona Merah, Dilarang Salat Ied Berjamaah
- Covid-19 di Pati Naik, Plasma Konvalesen Menipis
- Muhammadiyah Pati Tak Gelar Salat Ied di Stadion Tahun Ini
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati
Wartawan Area Kabupaten Pati