Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Pada program bansos Covid-19 pemerintah menganjurkan agar produk bansos khususnya beras diambil dari hasil panen petani sekitar. Pada kenyataannya anjuran ini tak terlaksana sepenuhnya, masih banyak ditemukan beras bansos yang berasal dari luar daerah.
Hal ini disampaikan oleh Rusmillah selaku Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian Dispertan Pati. Beras yang dijual untuk keperluan bansos harganya bisa lebih tinggi daripada dijual di Pasar.
“Bansos kalau arahan pemerintah kan untuk daerah yang panen masing-masing, tapi MoU-nya sama rekanan yang besar. Kalau bisa dikerjasamakan dengan bansos petani bisa merasakan hasilnya. Kalau di bansos beras itu dihargai Rp 9 ribu, kalau di petani hanya Rp7.500 di kelas medium,” kata Rusmillah kepada palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com saat ditemui di kantornya kemarin.
Baca juga: Dukung Gerakan Food Estate, Dispertan Pati Akan Gelar Pelatihan di Dua Kecamatan
Lanjutnya, alasan lain mengapa beras petani lokal tak mampu tembus pasar bansos lantaran para petani dan kelompok tani kebanyakan belum bisa menentukan grade beras yang dipanen sendiri, sehingga setelah gabah dipanen langsung diserahkan tengkulak.
Bila grade beras ini bisa diidentifikasi, harga beras juga bisa naik. Tak hanya bansos, para petani harusnya juga bisa secara mandiri menjual berasnya kepada Bulog tanpa perantara rekanan. Grade di sini berkaitan dengan kualitas beras, kadar air maksimal, dan kandungan kotoran.
“Susahnya petani belum bisa nge-grade, masih apa adanya. Dia belum bisa membuat kualitas yang bagus,” katanya,
Yang sering terjadi di Pati, petani lebih suka menjual panen gabahnya dengan sistem tebas, petani melakukan transaksi dengan penebas pada saat tanaman padi sudah tampak dan menguning tetapi belum layak panen dengan pemberian uang muka sebagai tanda jadi.
Baca juga: Tingkatkan Produktivitas, Dispertan Pati Optimalisasi Peranan Mantri Hewan
“Petani sini itu paling banyak dijual gabah bukan beras. Karena tidak punya pelataran, dan risiko dibawa pulang kalau tak punya tempat. Yang lebih simpel ya dia langsung ditebaske,” katanya.
Ia berharap, kedepan ada pelatihan atau studi banding menentukan grade gabah panen kepada para petani atau kelompok tani di Pati agar para petani mengetahui kualitas dan mampu menentukan harga berasnya sendiri.
“Petani harus ngangsu kaweruh di Demak. rice mill-rice mill di sana itu bagus,” pungkasnya.(Adv)
Baca juga:
- Tingkatkan Ternak Sapi Potong, Dispertan Pati Perbanyak Petugas Inseminasi Buatan
- Dispertan Kabupaten Pati Proyeksikan Kenaikan Populasi Sapi Potong Tahun 2021
- Video : Putus Rantai Distribusi Panen, Dispertan Pati Uji Coba Aplikasi E-Panen
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati
Wartawan Area Kabupaten Pati