PPL Pati Ikuti Praktik Penghitungan Konversi Pupuk

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Aparatur Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) se-Kabupaten Pati mengikuti praktik penghitungan konversi pupuk. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pati pada Sabtu (29/5/2021).

Dipandu oleh narasumber dari Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, materi ini bertujuan menjawab adanya kelangkaan atau kekurangan subsidi pupuk yang berasal dari pemerintah.

Selain itu, adanya materi penghitungan konversi pupuk dapat mengefektifkan penggunaan pupuk kimia yang dibeli oleh petani. Sehingga petani akan lebih hemat dalam mengkalkulasi pengeluaran biaya pengadaan pupuk.

Baca juga: Dispertan Pati Minta PPL Transparan Soal Data Peternakan

Menurut narasumber, Sudiyanto adanya keterbatasan stok pupuk untuk tanaman pangan, petani semestinya pro-aktif memanfaatkan bahan baku pupuk di lingkungan sekitar. Ia menyebut bahwa penggunaan potensi lokal sangat diperlukan oleh petani dalam memenuhi target produksi pangan.

“Walaupun subsidi pupuk dari negara sudah diberikan, tetapi tanaman pangan yang dibudidaya petani seringkali tidak ter-cover oleh pupuk bersubsidi. Sehingga kami imbau mereka membuat bahan pupuk sendiri dengan kebutuhan yang sesuai,” ungkap Sudiyanto kepada palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Sabtu (29/5/2021).

Selama pelaksanaan praktik bersama peserta, ia menganalisa kila tanah yang ditemukan di Kabupaten Pati kekurangan kandungan unsur K dan P. Sementara kandungan N sudah tercukupi.

Baca juga: Berawal dari Keresahan Pegiat Seni, LPPL Gelar Temanggung Menari

Dengan adanya Pelatihan tersebut, petani diharapkan mampu menjawab tantangan ke depan dalam mengelola lahan. Termasuk dalam pengadaan pupuk dan pestisida yang diolah sendiri secara cukup.

Selain itu, PPL KJF (Penyuluh Pertanian Lapangan Kelompok Jabatan Fungsional), Diana Kusumawati menyampaikan bahwa beberapa waktu kedepan, pengadaan pupuk dapat disesuaikan dengan kondisi lahan masing-masing agar menghemat dan mengantisipasi kekurangan pupuk.

Ia tak ingin kondisi tanah pertanian menjadi rusak hanya karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

“Selama bertahun-tahun sejak adanya Revolusi Hijau kita pakai pupuk kimia, sehingga tanah mulai jenuh kena pupuk kimia terus. Akhirnya tanah jadi rusak,” pungkasnya. (*)

Baca juga: 

Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram

Redaktur: Atik Zuliati