Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Kondisi tanaman tembakau pada Musim Tanam ketiga (MT-3) kurang optimal. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh curah hujan yang semakin tinggi.
Menurut petani asal Desa Sumberagung, Kecamatan Jaken, Eko Novin, nasib petani tembakau pada masa tanam kali ini cukup memprihatinkan. Pasalnya, banyak tanaman tembakau yang mati, kalaupun ada yang tersisa tembakaunya ditumbuhi oleh gulma.
“Karena banyak tanaman yang mati, maka saya bersama petani menanam ulang bahkan ada yang sampai menanam 3 kali,” ujarnya saat dihubungi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Rabu (30/6/2021).
Hujan menyebabkan kondisi lahan menjadi basah dan banyak ditumbuhi gulma. Sehingga petani perlu melakukan perawatan ekstra keras untuk menyiangi gulma yang tumbuh subur.
“Kami harus menyemprot dengan herbisida. Maka secara otomatis biaya cost menjadi bertambah,” ujar pria yang akrab disapa Novin.
Novin yang merupakan Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tirto Anom menanam tembakau varietas srumpung. Kini ia bersama anggotanya tengah melakukan masa pemupukan dan dangir.
Ia menanam 20 ribu batang tembakau pada luasan lahan miliknya yang mencapai 1 hektare.
Untuk saat ini harga tembakau belum bisa diketahui. Tetapi karena pihaknya menjalin kemitraan dengan perusahaan, maka biasanya harga sudah ditentukan sesuai dengan grade. Dari harga terendah Rp20 ribu per kilogram sampai pada harga tertinggi mencapai Rp32 ribu per kilogram, bahkan lebih.
Pada musim tanam kedua (MT-2) ia mampu menghasilkan panen sebanyak 1,3 ton tembakau. Ia meraup omzet hingga Rp32 juta dengan rata-rata harga Rp27 ribu per kilogram. (*)
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati