Warga Sarirejo Pati, Sulap Limbah Bonggol Jagung Jadi Barang Bernilai Jual

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Bonggol jagung bagi kebanyakan orang, hanya dianggap sampah. Namun di tangan Ranu Adi, warga Desa Sarirejo Kecamaran Pati limbah pertanian ini bisa di daur ulang menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis.

Berbagai barang kerajinan yang bisa ia buat diantaranya cincin, gantungan kunci, kap lampu, tempat tisu, bros, pigura, vas bunga, pena, jam tangan, gelang, kalung dan lain-lain tergantung pesanan.

Barang-barang kerajinan bonggol jagung tersebut diberi brand Tyara Craft. Rumah produksinya di Desa Sarirejo Gang 2 RT1 RW 2 Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Produk ini juga dijajakan melalui  platform berbagai toko online atas nama Tyara craft.

Ranu menceritakan, awalnya ia adalah seorang pengrajin kaca. Karena kepeduliannya pada lingkungan di tahun 2016, tercetus olehnya untuk mendaur ulang limbah bonggol jagung menjadi sebuah produk yang bisa menambah penghasilan para petani.

Bermodal mesin gerinda batu akik, secara otodidak ia membuat produk pertamanya yaitu cincin dari bonggol jagung. Selang berjalannya waktu, berbagai prodak ciamik bisa ia ciptakan.

“saya lihat kalau bonggol jagung bahannya berlimpah. Kalau panen kan bahannya bahkan menganggur. Pertama saya buat cincin, saya kembangakan jadi gantungan kunci, kap lampu dan lain lain. Saya mulai dari tahun 2016,” cerita Ranu kepada palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Rabu (18/8/21).

Kerajinan bonggol jagung Tyara Craf dijual dengan harga yang cukup terjangkau yakni dari Rp5 ribu hingga yang paling mahal Rp1,5 juta.

Ranu mengaku dalam kondisi normal, tepatnya sebelum pandemi, omsetnya bisa menembus Rp15 juta perbulan. Sementara saat turun menjadi Rp10 juta. Menurutnya saat ini daya beli masyarakat menurun dan lebih mementingkan membeli kebutuhan pokok.

Para pembeli, mayoritas datang dari luar kota seperti Semarang dan Jakarta. bahkan tak jarang ada yang dari luar provinsi seperti Kalimantan dan Irian Jaya.

Sayangnya, di Pati produk kerajinan jagungnya ini tak terlalu diminati.

“Di Pati masih kurang justru. Kalau di kita sendiri masih melihat bahan. Di Pati kan banyak petani, mereka menganggap janggel jagung gampang rusak. Kalau orang luar mereka melihat karyanya,” katanya.

Ranu mengklaim, ia adalah satu-satunya pengrajin kerajinan bonggol jagung di Pati. Padahal menurutnya, pasar untuk kerajinan bonggol jagung ini masih besar.

Dibuktikan beberapa kali, ia tak bisa memenuhi permintaan lokal hingga ekpor karena terbatas SDM dan jumlah prodak.

“Di Pati masih saya sendiri kalau permintaan banyak. Misalnya buat bangunan plafon dan ornamen. Karena kita stoknya sedikit, permintaan mendadak kita tidak bisa buang banyak. Ini kan masih hand made. Jadi terbatas,” katanya.

“Ada juga permintaan ekspor satu bulan minimal 4 kontainer. Saya batalkan karena kita tidak punya tim untuk itu,” katanya.

Ranu bahkan beberapa kali meminta bantuan pemerintah Kabupaten, agar bisa mengajarkan tehnik daur ulangnya kepada masyarakat pati. Dengan harapan bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.

“Tenaga kita cuma 5 orang kadang 4 orang. Kendala kita memang di SDM. kerajinan ini belum diketahui banyak orang. Mencari orang sulit. Kalau kita rekrut karyawan langsung modal juga banyak. Kalau ada yang bisa dilatih otomatis pelaku usaha banyak. Order bisa terpenuhi,” ungkapnya Ranu. (*)

 

Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram

Redaktur: Mila Candra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati