Perbankan Diambang Kehancuran, Warga Myanmar Kelaparan saat Corona

palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com– Warga miskin Myanmar sedang kelaparan di tengah ekonomi yang anjlok ditambah perbankan yang diambang kehancuran.

Dilansir dari BBC Ko Ko Aung, sistem perbankan juga berada di ambang kehancuran.

“Saya ikut antrean untuk menerima bubur dari kelompok penyantun. Saya menunggu lebih dari setengah jam tapi habis sebelum giliran saya,”kata Ma Wai seraya berlinang air mata.

“Saya pulang dengan tangan kosong. Saya merasa sangat iba dengan putri saya yang berusia empat tahun.”

Ma Wai, 42 tahun, dari Monywa di wilayah tengah Myanmar, dulu bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan pembantu rumah tangga sebuah keluarga kaya. Majikannya memintanya untuk tidak bekerja saat Covid-19.

“Tidak lama berselang suami saya mencoba pergi bekerja. Saya menanak nasi buat makan siangnya, dari beras yang kami simpan untuk berjaga-jaga di masa-masa sulit,” ujarnya.

“Namun serombongan tentara menghentikannya dan menyuruhnya pulang, jadi dia bahkan tak bisa bekerja.”

Ma Wai dan suaminya menganggur dalam waktu tujuh bulan, ia mengandalkan bantuan makanan untuk makan empat anak dan satu ibunya.

“Kadang-kadang, kami hanya makan sekali sehari,” katanya. “Kami belum pernah mengalami kesulitan seperti sekarang.”

Di Negara Moywai Banyak orang dari komunitasnya bergabung dalam unjuk rasa massal menentang kudeta militer pada 1 Februari.

“Ketika itu, tentara melepaskan tembakan ke arah lokasi lingkungan kami. Beberapa tetangga saya tewas dan sebagian lagi terluka diterjang peluru,” katanya, mengenang.

Menurut Pemerintah Persatuan Nasional, yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, lebih dari 410.000 pegawai pemerintah masih melakukan pemogokan.

Tindakan kolektif mereka mengganggu kinerja rezim militer, namun ini menimbulkan biaya hidup yang tinggi.

“Saya saat ini tidak memiliki penghasilan, tetapi saya dan rekan-rekan bertekad tidak kembali bekerja untuk kepentingan militer,” kata Khin Kyi Thar.

“Gaji saya 150.000 Kyat (Rp1,1 juta) dan saya sudah kehilangan uang sebesar itu sejak April.

“Ada kelompok pendukung di kota kami yang membantu saya dengan uang secukupnya, tapi kemudian pemimpinnya harus kabur untuk menyelamatkan diri,” katanya. (*)

“Derita Warga Myanmar Kelaparan karena Corona, Perbankan di Ambang Kehancuran”.