Asal Usul Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Hari ini, tepatnya 19 Oktober 2021 diperingati sebagai hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Peringatan tersebut untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Perlu diketahui, Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal 1443 Hijriah di kota Mekkah yang kini merupakan salah satu kota di negara Arab Saudi.

Demi memperjelas asal usul peringatan salah satu hari besar Islam ini.  Kita wajib tahu bagaimana sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW :

A. Awal Mula Peringatan Maulid Nabi

Awal mula peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diadakan pada abad ke-4 Hijriah oleh Dinasti Fathimiyyun di Kairo, Mesir. Dinasti ini berkuasa pada rentang tahun 362-567 Hijriah.

Menurut pendapat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj yang dikutip dari NU Online, Maulid Nabi diadakan pertama kali dari kalangan syiah bernama Abu Tamim Maad Al-Muizz Lidinillah. Ia merupakan khalifah keempat Dinasti Fatimiyah (341-365 H/952-975 M).

Pendapat Said Aqil sejalan dengan ahli sejarah Al-Maqrizy bahwa perayaan Maulid Nabi dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah yang beraliran syiah berkuasa di Mesir. Bukan hanya Maulid Nabi, mereka juga merayakan maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Fatimah binti Ali, maulid Hasan bin Ali, dan maulid Husain bin Ali.

Baca Juga :   Selamat Hari Buruh, Empat Makna yang Terkandung

Akan tetapi, perayaan Maulid sempat dilarang oleh Al-Afdhal bin Amir al-Juyusy. Pemerintahan Al-Afdhal bin Amir Juyusy melarang pelaksanaannya dan itu bertahan lebih dari 100 tahun.

Namun, pemerintahan baru Dinasti Fahthimiyah yang juga sekaligus imam, Amir II Ahkamillah kembali menghidupkan peringatan hari kelahiran Rasulullah, pada 524 H.

Selain itu, perayaan Maulid turut diperingati pada masa kepemimpinan Salahuddin Al Ayyubi pada tahun 1183 (579 Hijriah) atas usulan saudara iparnya, Muzaffaruddin. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan semangat juang tentara Islam saat berjuang di Perang Salib untuk merebut kota Yerussalem dari pasukan Eropa.

B. Sejarah Maulid Nabi di Indonesia

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di bumi Nusantara tidak terlepas dari ajaran dan pengaruh dari Wali Songo saat menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Perayaan maulid mengadaptasi budaya Jawa yang kita kenal sebagai Grebeg Mulud.

Baca Juga :   Perguruan Tinggi di Pati Wacanakan PTM Terbatas Bulan Depan

Secara familiar, Maulid Nabi Muhammad SAW lebih dikenal dengan istilah bulan mulud (Maulud). Sama halnya dengan sebutan bulan puasa yang lebih dikenal daripada bulan Ramadhan itu sendiri. Mayoritas masyarakat Islam Indonesia lebih mengenal istilah bulan mulud daripada istilah bulan Rabiul Awal

Acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia juga diselenggarakan dengan berbagai acara lain yang disiapkan secara gotong royong, seperti makan bersama. Hal ini sebagai wujud meneladani sikap, perilaku dan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Dilansir dari NU Online, perayaan Maulid Nabi di Indonesia biasanya diselenggarakan dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain.

Jika ditelusuri dari sejarahnya, berdasar majalah Suara Muhammadiyah nomor 11 tahun 1921, saat itu organisasi Muhammadiyah melakukan pencetakan 5.000 eksemplar majalah kisah Nabi Muhammad SAW. Agar kisah Nabi Muhammad yang ada di dalam majalah tersebut dapat tersebar secara merata dan bisa didistribusikan ke banyak sasaran.

Harapannya lebih banyak warga Muhammadiyah yang semakin paham tentang kisah Nabi Muhammad.

Baca Juga :   Jelang Penyelenggaraan PTM, Kemendikbudristek Luncurkan Panduan Pembelajaran

Selain itu, Muhammadiyah juga mengadakan perayaan sekatenan. Tradisi hasil tersebut kreasi para leluhur. Dalam rancangannya tidak dapat dipisahkan dengan peringatan Maulid Nabi . Kegiatan tersebut diklaim sudah dimulai sejak zaman Kerajaan Demak pada tahun 1477 M.

Pada tahun-tahun setelah tahun 1921, organisasi Muhamadiyah juga memuat reportase peringatan Maulid Nabi dari berbagai daerah di Indonesia. Peringatan itu rata-rata dihadiri ratusan hingga ribuan warga.

Dapat pula dikatakan bahwa peringatan maulid Nabi sudah menjadi tradisi Muhammadiyah dan NU. Bahkan risalah Maulid Nabi yang beberapa kali dibaca saat puncak acara sekaten kraton Yogyakarta adalah risalah maulid nabi yang dihimpun oleh RH Wardan Diponingrat (Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah 1959-1985). (*)

 

 

 

Artikel ini telah tayang di republika.co.id dengan judul “Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW”.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati