Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Curah hujan yang tinggi dalam dua pekan terakhir, menjadikan petani di Jakenan terancam gagal tanam padi akibat dari lahannya yang terendam banjir.
Karnadi, Petani asal Desa Glonggong Kecamatan Jakenan mengatakan, setidaknya air telah merendam kurang lebih 25 hektar sawah di desanya, dengan ketinggian hampir setengah meter.
Ia menaksir, per hektarnya, para petani bisa menderita kerugiaan materiil sebesar Rp3 juta. Bila diurai dari besaran biaya yang dikeluarkan untuk kuli tanam, pupuk, dan pestisida.
“Total 25 hektar kerugian Rp3 juta per hektar. Sebelah selatan ada terendam 10 hektar. Itu ruginya untuk tanam sampai pemupukan,” terang Karnadi.
Air banjir yang datang mendadak juga menyebabkan traktor mesin terendam dan sulit dievakuasi. “Ada kalau 5 sampai 7 traktor seng kelep kalau harga per satunya Rp30 juta ndandani, oli perkiraan Rp3-5 jutaan,” sambungnya.
Karnadi menceritakan, datangnya banjir di desa Glonggong, Tondomulyo dan sekitarnya disebabkan oleh sungai Silugonggo yang meluap, karena tidak bisa menampung derasnya curah hujan.
Ditambah lagi ada tambahan air yang datang dari perbukitan Pucakwangi, membuat sawah makin terendam tinggi.
Sementara Asmini, petani yang lain juga menyebut bahwa banjir pesawahan di Kecamatan Jakenan kerap terjadi, khusuhnya dalam tiga tahun terakhir.
Terangnya, dalam kondisi normal, petani di Pati harusnya melakukan tanam pertama (MT-1) di bulan November, namun karena menghindari curah hujan, masa tanamnya diajukan menjadi bulan September-Oktober tahun ini.
“Kalau tahun kemarin kan bulan dua (Februari) baru hujan tinggi, banjir. Sengaja tak ajuin kok ini malah hujannya datang duluan,” ungkap Asmini. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati