Rembang, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Lasem Heritage bersama dengan Komunitas Terasmitra adakan diskusi bersama dengan para perajin batik tulis lasem.
Dalam diskusi yang diselenggarakan pada hari Sabtu (11/12/2021) secara daring tersebut, diisi oleh para perajin batik Lasem yaitu Siti Wiwin Rustiani selaku Generasi Ke-2 Rumah Batik Pesona Canting, Rudy Siswanto selaku Generasi Ke-6 Rumah Batik Kidang Mas, dan Hawien Wilopo selaku Owner Batik Tulis Gunung Kendil. Dihadiri pula Notty J. Mahdi, Antropolog, Dosen dan Peneliti dari Wastra Indonesia.
Diskusi ini dilakukan dalam rangka mendukung Lasem sebagai Kota Pusaka sekaligus Rembang sebagai Kota Fashion di tahun 2022 nanti.
Dalam diskusi yang diikuti oleh 40 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang, para perajin batik memaparkan kendalanya mereka tentang regenarasi perajin batik tulis lasem.
“Kendala kami saat ini, anak muda lebih suka bekerja di pabrik atau perusahaan daripada meneruskan warisan budaya mereka,” keluh Wiwin.
Sementara itu, Rudy Siswanto mempunyai terobosan untuk tetap melakukan regenarasi, dengan mengajak anak-anak dari para pegawainya untuk belajar membatik di rumah batiknya.
Hawien wilopo yang merupakan owner dari Rumah Batik Gunung Kendil, mengatakan untuk mengajak anak muda mencintai warisan budaya mereka, maka harus ada terobosan baru utamanya pada batik tulis lasem, seperti memperkenalkan batik dalam pakaian siap jadi.
“Sayangnya di Kabupaten Rembang ini para penjahit masih langka. Beda dengan kota-kota batik seperti Solo, Jogja, dan Pekalongan,” ungkap Rudy.
Notty J. Mahdi menanggapi kendala yang ada pada perajin batik Lasem, dan meminta agar pemerintah memperhatikan regenarasi perajin batik lasem ini.
Dirinya mengatakan, regenerasi perajin batik harus dimulai dari diri sendiri. Seperti yang telah dipaparkan oleh Rudy Siswanto, hal tersebut dinilai sebagai upaya yang bagus dalam mengajak anak muda mencintai batik. (*)