Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati, Yusuf Hasyim turut angkat bicara terkait kasus kekerasan seksual yang terjadi di boarding school Bandung.
Yusuf berharap, menyeruaknya kasus tersebut tak membuat masyarakat anti dengan citra pesantren. Ia menegaskan, bahwa boarding school yang dimaksud dalam hal operasionalnya, berbeda dengan pesantren.
“Ini memang fenomena yang kasuistik. Jadi tidak bisa digeneralisasikan bahwa pesantren dan boarding rawan sekali dengan itu yang namanya pelecehan seksual. Bisa terjadi dimana saja,” kata Yusuf Hasyim saat ditemui palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com di kantor PCNU kemarin.
Menurutnya, yang perlu ditekankan dari kejadian tersebut ialah perlu adanya sinergisitas antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan ormas.
Lebih rinci Yusuf memberikan beberapa saran konkrit. Diantaranya yakni meminta ketegasan dari Kementerian Agama (Kemenag) dalam memberikan izin pendirian lembaga pendidikan keagamaan.
“di RMI (badan otonom bidang pesantren Nu) kita menyadari bahwa kasus yang awal muncul tersebut tempatnya belum punya ijin operasinal. Itu boarding sehingga kalau melihat dari sisi situ harus ada kerja sama antara Kemenag dan RMI. Kalau pemerintah saja berat,” terang Yusuf.
Kemenag juga harus mengawasi operasional Lembaga, termasuk indentifikasi latar belakang kiai dan ustaz yang mengajar.
Selanjutnya, juga perlu adanya pengawasan terkait kurikulum dan kitab-kitab yang dipakai dalam pembelajaran pesantren.
“Bukan mengintervensi pesantren tapi jangan sampai pemerintah kecolongan,” katanya.
Serta saran yang terakhir, pemerintah diminta terjun ke lingkungan pesantren untuk memberikan edukasi terkait bentuk kekerasa seksual dan pelatihan cara menghadapi dan melaporkannya.
“Juga ada pelatihan untuk santri. Ada pembimbingan ketika mendapatkan perlakuan yang kurang pas. Kalai ada pelecehana segera melapor dan bagaimana caranya,” tandas Yusuf. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati