Jakarta, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Belakangan ini, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha menjadi sorotan publik akibat ucapannya di Hari Ulang Tahun PSI ke-7.
Dalam acara puncak yang dihadiri secara langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu, Giring menyebut sosok pembohong yang pernah dipecat Jokowi.
Walaupun ia tak menyebut secara spesifik, tetapi publik berspekulasi bahwa sosok yang dimaksud Giring ialah Anies Baswedan. Pasalnya, selama ini PSI selalu menjadi partai yang kerap menyerang Gubernur DKI Jakarta karena berbeda pandangan.
Ucapan mantan vokalis Grup Band Nidji itu dinilai sebagai strategi politik PSI untuk menguatkan posisinya sebagai pihak anti-Anies. Hal ini diutarakan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah.
Dedi menilai strategi politik Giring dan PSI bukan cara politikus dengan kapasitas intelektual, melainkan cara kerja partai politik yang minim gagasan dan ide.
Menurutnya, PSI memiliki dua pilihan untuk menggunakan strategi ini. PSI dapat mengumpulkan suara dari pemilih anti-Anies, atau justru PSI perlahan-lahan akan hancur reputasinya karena dianggap hanya menebar kebencian.
“Jika ia konsisten dengan cara seperti saat ini, Giring hanya akan jadi tertawaan politisi parpol lain, dan itu berdampak pada PSI secara kolektif. Di luar itu, PSI akan sulit dipercaya publik sebagai parpol yang punya itikad membangun,” ujarnya.
Dedi menilai apa yang Giring lakukan sebetulnya sudah tepat dari sisi propaganda. Namun, bisa berdampak negatif.
“Ini pilihan cerdas meskipun berisiko, yakni adu domba dan merusak reputasi demokrasi. Kedua, Anies Baswedan saat ini menjadi tokoh utama yang diafiliasikan kontra koalisi pemerintah pusat, sehingga membangun sentimen antar loyalis sangat mudah, inilah pemantik popularitas itu,” terangnya.
Kendati begitu, strategi PSI yang kerap menyerang Anies menggunakan Giring juga bagian dari desain mereka. Giring yang sudah menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) hingga akhirnya menjadi Ketum diibaratkan Dedi sebagai ‘tokoh sangkur’ dalam skenario tersebut.
“Rasanya itu sesuai dengan rencana, karena tidak mungkin Raja Juli Antoni bertindak sebagaimana yang dilakukan Giring, atau Grace Natalie pun terlalu mahal untuk dikorbankan reputasinya sebagai tokoh terbuka dan intelektual,” ungkap Dedi. (*)
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul “Senjata Makan Tuan Giring PSI Serang Anies Demi Popularitas.”
Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com