Rembang, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Pasca minyak goreng, kini kedelai impor juga mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Hal itu turut dikeluhkan oleh sejumlah produsen tempe di Kabupaten Rembang.
Kenaikan harga kedelai impor dikeluhkan oleh sejumlah produsen tempe di Kabupaten Rembang. Sri Ungatminah, salah satu pemilik usaha tempe daun jati di Desa Sumberejo, Kecamatan Rembang mengatakan, kenaikan harga ini sudah terjadi sejak dua bulan terakhir.
Harga kedelai impor yang semula Rp9.000 kini naik hingga di angka Rp11.000. Artinya, kenaikan harga tersebut mencapai 25%.
Kenaikan harga yang cukup signifikan ini tentu membuat sebagian besar produsen tempe merugi. Pasalnya, kedelai merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tempe.
“Untuk menyiasati agar tidak merugi kami mengurangi ukuran tempe. Satu ikat tempe daun jati isinya 10 bungkus, harga masih sama yaitu Rp4.000,” katanya.
Ia mengeluhkan, dengan adanya kenaikan harga ini, usaha miliknya kini mengalami penurunan keuntungan. Bahkan omzet yang didapatkan, hanya bisa mempertahankan usaha agar tidak sampai tutup.
“Pendapatan pastinya menurun. Keuntungan saat ini yang didapat tidak seberapa. Hanya sekedar untuk mempertahankan usaha agar tidak sampai tutup,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh produsen tempe lainnya, seperti yang diakui oleh Bambang Sumantri. Dirinya turut mengeluhkan jika harga kedelai impor mencapai di atas Rp11.000, tentu akan membuat produsen tempe semakin merugi.
Bambang berharap, agar pemerintah secepatnya mengambil upaya untuk menstabilkan harga kacang kedelai impor ini. Mengingat minat masyarakat terhadap tempe cukup tinggi.
“Saat ini konsumsi masyarakat terhadap tempe masih tinggi, jika harga tetap tinggi maka dijamin minat masyarakat terhadap tempe akan berkurang. kami berharap pemerintah segera mengambil tindakan terhadap kenaikan harga kacang kedelai impor,” tandasnya. (*)