Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Tahun 2015 adalah tahun kelam untuk Ronal (32) warga Desa Togowungu Pati. Pasalnya, di tahun itu dia ikut bisnis Qnet atau lebih familiar disebut bisnis ‘Ora Umum’, yang membuat dirinya bangkrut serta trauma sampai sekarang.
” Asli mas udah kapok saya ikut bisnis begituan, diiming-imingi cepet kaya, cepet bisa beli mobil, dan punya rumah mewah, ternyata itu bualan mereka semua, malah hidup saya berantakan dan malu setengah mati, ” ujar ronal saat ditemui langsung palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Kamis (3/3/22).
Ia juga mengatakan bahwa setelah ikut gabung dan join bukan kesuksesan yang ia peroleh, namun masalah silih berganti, karena waktu itu kalau join harus mengeluarkan uang sebesar Rp 7.500.000 untuk membeli produk dari Qnet dan bisa untuk menjaring member di bawahnya.
Pasalnya, uang yang dipakai untuk join tersebut adalah hasil dari menggadaikan lahan kebun milik orang tuanya secara diam-diam tanpa sepengetahuan kedua orang tua dia.
Awal mula dia diajak temannya untuk menghadiri seminar bisnis pekerjaan di Purwodadi, ternyata disana seminar Qnet yang membahas tentang kesuksesan dengan cara mencari downline atau member di bawahnya.
” Aslinya pas presentasi pertama itu saya tidak begitu tertarik mas saya cuekin aja, terus diajak lagi presentasi kedua di Winong Kidul Pati, akhirnya saya mulai khilaf dan hanyut oleh presentasi yang disajikan dengan pamer harta serta kekayaan, ” tegas Ronal.
Bisnis Multi Level Marketing (MLM) ini sebenarnya tidak salah, yang salah adalah cara merekrut member serta pencucian otak calon member agar mau ikut bergabung dengan menyarankan UGD (Utang, Gadai, Dol).
Cara ini terlalu ekstrem bagi anak muda yang belum benar-benar tahu tentang sistem kerja Qnet, bahayanya lagi mereka berutang, menggadaikan bahkan menjual barang yang tidak punya mereka, serta tidak tahu bagaimana mengembalikan utang atau barang itu.
Yang ada hanya hayalan cepat kaya, bergelimang harta tanpa bekerja keras. Serta kesombongan berbau propaganda untuk menjaring member itu membuat hanyut serta khilaf.
” Tujuh tahun sudah berlalu mas, tapi trauma itu belum hilang dari hati saya, kecewa, marah campur aduk, bahkan sampai saat ini ketika nongkrong bareng sama teman kadang masih disindir tentang Qnet ( Pie Nal wis suguh durung soko bisnis Ora Umum, wis tahunan lho koe melu), ” tandanya. (*)