Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Bermula dari keresahan tidak bisa menjual indukan lele afkir, seorang ibu di Gambiran, Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati Jawa Tengah bernama Ismawati berhasil merintis usaha kerupuk ikan dan rempeyek yang sudah tembus retail modern.
Usaha yang digelutinya sejak tahun 2014 ini tiap bulannya beromzet jutaan rupiah. Isma menceritakan usahanya ini awalnya untuk menyiasati lele afkir budidaya suami yang tidak laku dijual sebagai konsumsi. Atas binaan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Pati, ia berhasil berhasil menyulap bahan lele menjadi kerupuk.
“Sejarahnya pertama buat kerupuk ikan lele. Suami punya pembenihan ikan lele, lha induk yang sudah afkir itu tidak ada gunanya nggak bisa dipakai, dari pengembangan itu terus kita buat kerupuk memanfaatkan induk afkir,” cerita Isma saat ditemui di rumah produksinya di Gambiran, Sabtu (19/3/22).
Awalnya kerupuk buatan Isma hanya dijual di kalangan tetangga, namun melihat potensinya yang menjanjikan ia ketagihan dan mulai bereksperimen membuat produk yang lain.
Mantap dengan usahanya akhirnya ia membuat brandnya sendiri yang diberi nama Cikaria dengan produk andalan kerupuk ikan dan rempeyek.
Hingga kini Cikaria telah memproduksi 20 produk yang telah bersertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
“Kita jualannya dari yang kita kenal dulu, dari sekitar kita terus teman. kita juga menawar ke teman yang lumayan agak jauh. terus kita bawa produk. kesini berkembang kita buat kerupuk ikan lain, kerupuk sayur, kerupuk amplang,” imbuhnya.
Singkat cerita Kegigihan usahanya, Isma mulai dilirik oleh berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain untuk menjadi binaan. Dari sinilah awalnya produk Cikaria bisa menembus pasar modern.
“Awalnya saya binaan dinas DKP, terus dibina Dinas Koperasi UMKM, Disdagperin untuk masuk moderen dapat rekomendasi di Disdagperin,” imbuh Ismawati.
Saat pandemi Covid-19 ia mengaku menjadi salah satu pelaku UMKM yang terdampak. Pasalnya sebagian besar produk Cikaria masuk ke retail modern. Sementara saat pandemi pemerintah membatasi operasional pusat perbelanjaan dan pasar moderen.
Isma menceritakan omzetnya di tahun 2020 turun 50 persen, lalu turun lagi di tahun 2021 saat terjadi ledakan pandemi dan diberlakukan kebijakan PPKM.
“kalau dulu sebelum covid-19 bisa produksi kerupuk setiap hari.sehari 20-30 kilo, kalau peyek 5-6 kilo. Kalau sekarang pandemi tidak produksi setiap hari, tergantung pesanan. paling kirim seminggu sekali,” ujarnya.
Tak hanya itu, sejak virus corona merebak Ia juga harus mengurangi karyawan freelance dari yang awalnya tiga orang menjadi satu orang.
Kendati demikian, ia mengaku masih bisa bertahan, meski hingga fase new normal di tahun 2022 belum merasakan peningkatan omset yang signifikan.
Ia mengharapkan pandemi Covid-19 bisa berakhir tahun ini, terlebih pemerintah bisa membantu para pelaku UMKM di Pati dengan pembelian produk rutin atau setidaknya menurunkan harga kebutuhan bahan baku makanan olahan. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati