Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati menyebut permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sering terkendala karena adanya pengendalian. Hal tersebut dilakukan guna menghemat persediaan.
Kepala Disdagperin Pati, Hadi Santoso mengungkapkan, pasokan BBM bersubsidi di Pati terbilang minim. Sehingga, pihaknya perlu melakukan pengendalian supaya tidak terjadi kelangkaan.
“Kita harus berhemat untuk stok BBBm. Jadi ada pengendalian sehingga tidak bisa memenuhi semua permintaan konsumen. Oleh karena itu kouta jangan sampai habis di akhir tahun,” ungkap dia.
Tak hanya persediaan yang minim, ia juga menyebut tingkat konsumsi BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) terbilang tinggi. Baik BBM berjenis pertalite maupun solar.
“Kosumsi BBM di Pati cukup tinggi. Seperti solar 70 kilo liter sampai bulan Oktober sudah habis koutanya kalau tidak ada pengendalian,” kata Hadi.
Ia menegaskan, ada kenaikan permintaan pertalite sejak harga pertamax naik. Saat ini, BBM jenis pertamax mengalami kenaikan harga. Sebelumnya, per liter harga pertamax Rp 9.400, kini Rp 12.500.
”Kejadian ini sama seperti elpiji. Waktu itu banyak beralih ke gas yang bersubsidi,” ucapnya kepada palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com saat ditemui di kantornya belum lama ini.
Berdasarkan data realisasi BBM tahun 2022, tingkat konsumsi Pertalite di Pati sampai bulan Juli telah mencapai 68 ribu kilo liter. Sedangkan penggunaan solar sejumlah 50 ribu kilo liter. (*)

Wartawan palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com