Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Cuaca yang kurang mendukung terjadi di Kabupaten Pati mengakibatkan para petani garam terlambat produksinya. Bahkan bulan September ini, petani garam baru panen.
Hal ini dirasakan oleh salah satu Petani Garam di Kecamatan Batangan, Juwari. Ia mengatakan, tahun ini musim penghujan terbilang panjang, sehingga beberapa bulan tidak memproduksi garam. Walaupun demikian, pada bulan Agustus, petani garam di tempatnya sempat mencoba produksi.
“Hujan tidak ada hentinya dan sekarang baru ada panas. Bulan lalu sudah mau produksi tapi terus ada hujan jadi gagal,” ungkapnya.
Ia menambahkan, cuaca tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Bulan Mei biasanya sudah bisa produksi, tapi tahun ini molor beberapa bulan.
“Produksi garam baru September ini. Padahal, biasanya bulan 5 sudah mulai bikin dinding tambak. Tapi cuaca sekarang tidak pasti, sehingga bulan 9 baru ada panas,” ucapnya belum lama ini.
Fenomena cuaca buruk seperti sekarang memang sering terjadi, lanjut dia, namun tidak selama tahun ini. Dimana, biasanya petani garam berhenti produksi di bulan November.
“Berhenti produksi biasanya ya bulan sebelas, karena sudah mulai hujan lagi. Tapi mundur bisa saja, soalnya cuaca juga tidak pasti,” sambungnya.
Saat disinggung terkait harga garam, Juwari mengaku tidak begitu ada permasalahan. Pasalnya, garam dari petani saat ini seharga Rp1.000.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, produksi garam tahun 2021 hanya 98.211 ton dan jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan tahun ini.
“Banyak petani garam yang gagal panen. Karena ada hujan apalagi kemarin baru ada fenomena rob, sehingga mengakibatkan petani garam terkena dampak,” paparnya. (*)

Wartawan palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com