Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak 3 September 2022 lalu, membuat para nelayan di Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, semakin menjerit.
Pasalnya, menurut Mukit, selaku Ketua Barisan Nelayan Muda Juwana. Kenaikan harga BBM khususnya Solar ini tidak berjalan seiringan dengan kenaikan harga ikan yang diperoleh dari hasil melaut.
” Kenaikan ini sangat memberatkan. BBM kan termasuk salah satu faktor perbekalan melaut. Kalau BBM harganya melonjak signifikan, dari di bawah 10 ribu sekarang naik 100% kita merasa keberatan. Kenaikan BBM ini tidak dibarengi dengan kenaikan harga ikan yang makin menurun,” ucap Mukit saat ditemui di Pelabuhan Juwana, Senin (19/9/2022).
Lantas Mukit menjelaskan, dirinya saat berlayar dalam satu musim membutuhkan hingga 140 ribu liter solar. Yang mana, saat dirinya melaut akan mengarungi lautan hingga di perairan daerah Papua.
” Kita satu musim melaut di Papua bisa 140 ribu liter. Satu musim itu 7-8 bulan. Imbasnya sangat besar signifikan ditambah dengan pajak yang tinggi. Jadi pengeluaran kita sudah tinggi dulu. Padahal kan hasil melaut belum tahu. Kita memberangkatkan kapal ini saja hutang, ” jelasnya.
Ia sangat berharap, pemerintah bisa membuat kebijakan yang lebih memihak kepada nelayan di seluruh Bumi Pertiwi.
Lanjutnya, Pemerintah harus memberikan solusi dari naiknya harga BBM tersebut. Yang dikhawatirkan dengan tingginya harga BBM yang tidak dibarengi dengan kenaikan harga ikan, akan berdampak pada ketidakmampuan nelayan untuk berangkat melaut.
” Dampaknya kan tidak di perikanan saja. Kalau perikanan kena dampaknya, mereka mau bekerja dimana saya juga tidak tahu, ribuan ABK yang bergantung di industri ini, ” pungkasnya. (*)