Rembang, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Akibat bencana hidrometeorologi menyebabkan wilayah Rembang mengalami curah hujan tinggi disepanjang tahun 2022. Hal ini pun berimbas pada petani garam di Kabupaten Rembang.
Menurut pantauan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan), M. Sofyan Cholid mengungkapkan bahwa iklim tahun 2022 tidak dapat diprediksi.
Padahal seharusnya, musim kemarau bisa dimanfaatkan Petani garam untuk memproduksi garam.
Menurutnya, hanya sebagian kecil petani garam yang memproduksi garam tahun ini sehingga akan berpengaruh pada hasil produksi garam di tahun ini.
“Untuk tahun 2022 dengan iklim yang tidak dapat diprediksi. Musim kemarau pendek dan basah berpengaruh produksi garam,” kata Cholid saat dihubungi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Rabu (12/10/2022).
Sementara selama pantauan Dinlutkan Kabupaten Rembang menyebutkan petani garam memulai produksi pada musim kemarau pendek yaitu bulan Agustus.
Ia menjelaskan produksi garam tahun ini dipastikan menurun daripada tahun-tahun sebelumnya dikarenakan kemarau basah.
“Karena tahun 2022 iklim tidak menentu musim kemarau pendek dan basah. Maka produksi tahun ini menurun,” terang Cholid.
Sampai sejauh ini hasil produksi sejak bulan Agustus hingga 12 Oktober baru menampung sekitar 32.000 ton garam.
“Mulai Agustus sampai dengan 12 Oktober 2022 kisaran produksi 32 ribu ton,” tandasnya. (*)