Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Pasokan kedelai yang dihasilkan petani lokal dinilai para pengrajin tahu di Kabupaten Pati Jawa Tengah masih belum layak digunakan untuk menjadi bahan baku utama pembuatan tahu. Para pengrajin masih ketergantungan dengan kedelai impor.
Rubiyati (58) pengrajin tahu dari Desa Blaru, Kecamatan Pati Kabupaten Pati menuturkan, dari segi harga, kedelai lokal memang lebih murah dibandingkan kedelai impor.
Diketahui harga kedelai impor pekan ini di harga Rp12.750-Rp13.000 sedangkan kedelai lokal berada di harga Rp11.000-Rp12.000.
Namun demikian ketersediaan kedelai lokal di Pati bahkan di Jawa Tengah masih belum mampu mencukupi kebutuhan produksi tahu dan tempe di Pati.
“Kalau kedelai lokal sebenarnya bisa digunakan untuk tahu kami, tapi carinya susah. Nggak bisa terus. Meskipun harganya lebih murah,” ujar Rubiyati saat ditemui wartawan di rumah produksinya kemarin.
Selain itu menurut pengalamannya, daya tahan kedelai lokal setelah diolah menjadi tahu masih kalah dengan kedelai impor. Tahu yang diproduksi menggunakan kedelai impor memiliki masa kadaluarsa yang lebih lama.
Senada dengan Rubiyati, Suwarno (80) pengrajin tahu lainnya juga mengaku masih bertahan menggunakan kedelai impor meskipun harganya lebih mahal.
Menurutnya kedelai impor bisa diproduksi menjadi tahu lebih banyak dibandingkan kedelai lokal. Selain itu ukuran kedelai lokal juga lebih kecil dibandingkan kedelai impor. Hal tersebut tentunya mempengaruhi keuntungan yang didapat para pengrajin kedelai.
“Kedelai lokal kecil-kecil. Saya masih bertahan pakai kedelai Amerika. Kalau mau membandingkan, dengan berat bahan baku yang sama. Kalau kedelai lokal bisa dapat 2 kilo kalau pakai impor bisa 2 1/4 kilo,” ungkap Suwarno. (*).
Wartawan Area Kabupaten Pati