palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Kasus penyakit kulit berbenjol atau Lumpy Skin Disease (LSD) masih marak terjadi pada hewan ternak, termasuk di wilayah Jawa Tengah.
dengan adanya fenomena ini, maka masyarakat diimbau untuk tidak mengonsumsi daging ternak yang terjangkit LSD.
Hal tersebut dikarenakan, hewan ternak yang sudah terjangkit LSD, dagingnya tidak layak untuk dikonsumsi.
Hal itu ditekankan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, saat memberikan arahan kepada Forkopicam, Kepala Desa/Lurah, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas, dan Perwakilan peternak sapi di eks-Kawedanan Sragen, Tangen dan Sambungmacan beberapa waktu lalu.
Menurutnya, kendati tak menular ke manusia, namun daging ternak yang terinfeksi LSD tidak layak konsumsi.
Yuni mengatakan, daging sapi atau ternak lain yang dikonsumsi oleh manusia, harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan dan tidak boleh mengandung penyakit apapun.
“Walaupun tidak menular ke manusia, tapi daging ternak yang terinfeksi LSD tidak layak dikonsumsi, karena mengalami kekurangan nutrisi protein. Daging tersebut mengalami lack of nutrient protein asam amino,” jelas Yuni yang berpendidikan dokter itu.
Yuni juga menyarankan agar hewan yang terinfeksi LSD segera diisolasi dari ternak lain yang masih dalam kondisi sehat.
Selain itu jika ingin memotong (menyembelih) ternak yang terjangkit LSD, ia meminta agar menunggu sampai ternak betul – betul sehat.
“Sapi atau kerbau yang tertular LSD dan kemudian telah sembuh, produknya seperti daging, masih dapat dikonsumsi setelah dihilangkan bagian-bagian yang terdampaknya,” lanjutnya.
Yuni kembali menekankan agar para peternak khususnya sapi dan kerbau, untuk terus menjaga kebersihan kandang.
“Jangan khawatir, meski persebarannya di antara ternak satu dengan yang lainnya cukup cepat. Yang paling penting adalah tetap jaga kebersihan kandang,” katanya.
Untuk menekan angka kasus LSD ini, bupati juga telah menginstruksikan kepada dinas terkait untuk memberikan obat-obatan yang diperlukan oleh sapi terjangkit.
Umumnya butuh empat hingga lima kali pengobatan agar sapi sembuh, dengan biaya sekali pengobatan mencapai Rp150.000.
“Kami memberi subsidi kepada peternak untuk dua kali pengobatan senilai Rp300.000 per sapi yang terkena LSD. Selebihnya ditanggung peternak sendiri. Tidak harus lima kali pengobatan. Kalau dua hingga tiga kali pengobatan sudah sembuh ya sudah,” ujarnya.
Di lain sisi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari, mengatakan bahwa Pemkab Sragen memang akan mendapatkan bantuan obat-obatan untuk penanganan LSD.
Tidak semua jenis obat diberikan, tetapi hanya antihistamin, antibiotik, dan vitamin. Sedangkan antiparasit masih menunggu dari Kementan.
Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Sragen per 3 Februari 2023, total kasus 822 ekor sapi yang terkonfirmasi LSD. (*)
Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com