palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Serangan siber kini juga banyak mengincar para pemain game anak-anak. Pada tahun 2022, jumlah serangan bahkan meningkat hingga 57 persen.
Sedangkan total di tahun 2022 ada tujuh juta serangan yang mengincar gamer anak-anak.
“Dibandingkan tahun 2021, penjahat dunia maya melakukan 4,5 juta serangan, sehingga ini meningkat sebesar 57 persen pada tahun 2022,” tulis Kaspersky dalam laporan berjudul “The Dark Side Of Kids’ Virtual Gaming Worlds” dilansir dari CNN Indonesia.
Cara yang dilakukan para penjahat siber adalah dengan metode malware dan melakukan peniruan atas aplikasi. Menurut catatan perusahaan keamanan siber tersebut, anak yang diincar adalah yang berusia 3-16 tahun.
“Pada tahun 2022, sebanyak 232.735 pemain menemukan hampir 40.000 file, termasuk malware dan aplikasi yang berpotensi berbahaya dan disamarkan sebagai permainan anak-anak paling populer,” tulis Kaspersky.
Game yang banyak dimanfaatkan untuk melancarkan aksi kejahatan tersebut diantaranya Minecraft (55,8 persen), Roblox (15,4 persen), Among Us (10,9 persen), Poppy Playtime (4,4 persen, Brawl Stars (3,8 persen), Toca Life World (3,2 persen), Fortnite (3,0 persen), dan Valorant (2,8 persen).
Teknik lain yang digunakan yaitu phishing dengan membuat halaman yang meniru game tersebut. Mereka juga akan menawarkan cheat atau mod populer untuk game.
“Menurut statistik Kaspersky, halaman phishing yang digunakan oleh penjahat dunia maya untuk menargetkan pemain muda terutama meniru game Roblox, Minecraft, Fortnite, dan Apex Legends. Secara total, lebih dari 878.000 halaman phishing dibuat untuk keempat game ini pada tahun 2022,” ujarnya.
“Salah satu teknik rekayasa sosial paling umum yang menargetkan pemain muda, melibatkan penawaran untuk mengunduh cheat dan mod populer untuk game. Di situs phishing, pengguna mungkin mendapatkan panduan lengkap tentang cara memasang cheat dengan benar,” lanjutnya.
Ada juga instruksi yang disebut meminta anak mematikan antivirus sebelum memasang file.
Namun tentu bukan anak-anak yang mereka incar. Melainkan data pribadi orang tua mereka, karena kebanyakan anak tak memiliki perangkat pribadi.
“Karena anak-anak di usia ini sering tidak memiliki komputer sendiri dan bermain dari perangkat orang tua, ancaman yang disebarkan oleh penjahat dunia maya kemungkinan besar ditujukan untuk mendapatkan data kartu kredit dan kredensial orang tua,” tulisnya. (*)
Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com