Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Memasuki puncak musim kemarau tim POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) Kabupaten Pati memberikan saran strategis dan teknis kepada petani agar tidak mengalami kerugian akibat perubahan cuaca.
Berdasarkan siklus musim, musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih panjang dibandingkan dua tahun sebelumnya. Ditambah adanya potensi bencana kekeringan akibat fenomena el-nino. Oleh karenanya diperlukan langkah khusus bagi petani agar terhindar dari gagal panen.
Jianto, tim POPT untuk wilayah Pati menyarankan agar para petani melakukan peralihan tanam dari menanam padi menjadi menanam palawija..
“Untuk mengatasinya (kekeringan) ya beralih komoditas dari padi ke palawija, ” ungkapnya saat dihubungi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Sabtu (22/7/23).
Dari pantauannya sebagian besar petani di Pati selatan sudah beralih komoditas palawija sejak Maret lalu. Hanya petani di pinggir-pinggir sungai saja yang masih menanam padi.
“Kebetulan Pati selatan sebagian besar sudah beralih ke palawija semua. Seperti di Kayen kacang kedelai ada 1 ribu hektare lebih, Gabus 200 hektare, sementara kacang hijau ribuan, ” terangnya.
Selain beralih komoditas, diperlukan pemanfaatan sumber-sumber air seperti embung, bendungan, waduk, penggunaan pompa dan alat mesin pertanian (Alsintan) untuk mitigasi kekeringan.
Petani juga bisa memanfaatkan fasilitas Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) atau asuransi pertanian, yang bisa diakses setiap musim tanam.
Hingga kini tim POPT masih melakukan pengawasan dan monitoring pertanaman pada daerah berpotensi kekeringan. Memasuki akhir bulan Juli Jianto mengaku kendala tanam saat kekeringan cukup terkendali, minim laporan gangguan tanaman kekeringan di Pati. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati