Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Dari total 56.000 hektar lahan persawahan di Kabupaten Pati, setidaknya hanya sebanyak 8.500 hektar sawah di Pati yang berhasil panen pada musim kemarau kali ini.
Melalui Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Nikentri Meiningrum menyebutkan pada masa tanam (MT) tiga hanya sebagai kecil lahan persawahan yang mampu produktif.
Sementara sisanya dinyatakan tidak lagi produktif karena mengalami gagal panen atau justru memilih jenis komoditas lain.
“Untuk yang saat MT tiga saat ini hanya sedikit yang panen kalau dibandingkan dengan MT pertama dan kedua,” ungkapnya.
Ia menerangkan rata-rata produksi yang dihasilkan setiap hektar lahan persawahan mencapai 6 hingga 10 ton di musim kemarau kali ini.
Nikentri menyebut penurunan produksi disebabkan berbagai macam hal, yang salah satu faktornya yakni terhambat saluran irigasi di musim kemarau saat ini.
Terlebih lagi lahan persawahan yang berada di wilayah Pati Selatan, dimana kebanyakan wilayah tersebut masih menggunakan sistem tadah hujan dengan mengandalkan air hujan.
“Rata-rata produksi panen sampai 6 ton per hektar, ada juga yang capai 10 hektar. Lahan-lahan tidak panen ya memang musim kemarau jadi terkendala irigasi pengairan,” ujarnya.
Lebih lanjut, kondisi tersebut juga berpengaruh pada lonjakan harga gabah kering di wilayah kabupaten. Yang mana musim kemarau kali ini harga gabah kering capai Rp6000 per kilogramnya.
Sementara jika dibanding saat MT dua lalu, terdapat kenaikan hingga Rp1.200 yakni Rp4.800 per kilogram.
“Akibatnya ada lonjakan harga gabah, kalau dari MT 2 lalu 4.800 per kilogram. Untuk saat ini capai 6.000 setiap kilogram gabah kering,” jelas Nikentri. (Asy)