Pengamat Sepak Bola Sesalkan PSSI Tidak Ada Tindak Lanjut soal Insiden Kekerasan Terhadap Official Persipa Pati di Jepara

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Ada satu insiden kekerasan terhadap official Persipa Pati ketika pertandingan Persipa Pati melawan Persijap Jepara pada hari Senin (18/9/2023) malam.

Penyerangan itu terjadi setelah Persipa Pati mencetak gol ke gawang Persijap Jepara. Dilansir dari video yang beredar di media massa, tiba-tiba oknum suporter Persijap Jepara menyerang official Persipa Pati yang duduk di tribun.

Pengamat Sepak Bola, Tris Irawan sesalkan PSSI tidak ada tindak lanjut terkait viralnya video yang berdurasi 2 menit tersebut. Padahal saksi dan bukti sudah cukup.

“Kalau gak salah video peristiwa itu sudah tersebar di media sosial atau viral, saya rasa saksi dan bukti itu sudah cukup sebagai bahan untuk pengambilan keputusan bagi PSSI,” ucapnya kepada palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com, Senin (2/10/2023).

Ia mengaku, panitia pertandingan tidak mengantisipasi secara seksama, sehingga peristiwa tersebut bisa terjadi. Dalam hal ini, panitia bisa bertanggung jawab jika sesuai dengan Kode Disiplin PSSI tahun 2018.

“Karena peristiwa itu dalam koridor pertandingan, maka pasal 68 huruf c itu adalah pasal yang sangat jelas dilanggar panitia pertandingan,” tegasnya.

Apabila manajemen Persipa Pati melakukan protes, lanjut dia, itu merupakan hak dari mereka. Dengan dasar hukum yang telah tertulis tersebut.

Menurutnya, penegakan aturan disiplin dalam hal ini konteksnya bukan hanya untuk Persipa. Melainkan juga untuk kepentingan sepakbola nasional.

“Apalagi sekarang ini kita sedang bertransformasi setelah peristiwa Kanjuruhan. Penertiban untuk aparat pertandingan, manajemen pertandingan, penonton, dan lain-lain. Itu harus lebih ketat,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia berharap tak ada aksi balas dendam setelah insiden di Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara beberapa pekan lalu. Namun, Tris khawatir aksi balas dendam bisa terjadi jika PSSI tidak adil.

“Institusi yang punya kewenangan harus betul-betul fair dan objektif. Kalau tidak, sensitifitas penonton (untuk balas dendam) bisa terjadi. Padahal sepakbola mestinya ajang untuk kedamaian dan hiburan,” paparnya. (Emka)