Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Pria di Pati yang giat melakukan rehabilitasi tumbuhan bakau seperti mangrove di tepi laut berhasil memperoleh penghargaan Kalpataru dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah tahun 2023 kategori Pembina Lingkungan.
Dimana ia mengimplementasikan program “mageri segoro” dengan nama “Gemar Selingkuh” yang mempunyai kepanjangan Gerakan Masyarakat Selamatkan Lingkungan.
Meskipun tampil seperti orang biasa, namun ia selalu menujukkan keceriaannya kapan pun dan kepada siapa pun. Keteladanannya berhasil memukau warga Kabupaten Pati dalam mendedikasikan tenaga, materi, waktu utamanya di daerah pesisir laut.
Pria itu ialah Karnawi. Saat ini tinggal di Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. Sejak tahun 1989 berlomba-lomba menjaga kelestarian dan keutuhan tepi laut itu. Selama ini ia tak sendirian, melainkan ada kelompok tanaman mangrove lain yang ikut terlibat.
Dalam melestarikan tanaman mangrove di pesisir laut selama ini, ia ingin agar tidak terjadi abrasi. Bahkan sejak ada tanaman mangrove, sangat menguntungkan bagi warga sekitar. Itu alasannya, Karnawi bersikeras memperkokoh kawasan pesisir laut untuk selalu dilestarikan.
“Saya dan teman-teman pemerhatikan lingkungan untuk bertindak sebagai penyelemat dengan tujuan “mageri segoro” (memberi pagar pesisir), dengan menumbuhkan beberapa tanaman mangrove. Bukan hanya di Desa Tunggulsari saja, wilayah kecamatan lain seperti Dukuhseti, Trangkil, Margoyoso juga menjadi target kami tanami mangrove,” ucap Karnawi.
Diketahui, sering kali Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tingkat kabupaten dan provinsi juga ikut membersamainya melestarikan dan menjaga keutuhan lingkungan hutan mangrove yang ditanaminya sejak lama.
Dengan hal itu membuatnya lebih percaya diri, lantaran dukungan dari warga setempat, pemerintah bahkan lembaga swasta mancanegara.
“Pihak dari DLHK Provinsi Jawa Tengah, DLH Kabupaten Pati, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati senantiasa mendukung langkah mulia ini,” imbuhnya.
Karnawi menambahkan, jika terdapat perintah dari pemerintah dan akademisi yang datang ke Desa Tunggulsari akan diwajibkan menanam tanaman mangrove dengan bibit yang sudah disiapkan dan akan diberikan.
“Sebagai pembina lingkungan, ada edukasi yang kami terapkan ke masyarakat, dari TK sampai SMA, kita bimbing anak-anak supaya cinta pada lingkungan. Ketika ada tamu dari pihak pemerintahan atau tokoh kami wajibkan menanam satu sampai dua tanaman mangrove yang kita sediakan tentunya,” ujar dia.
Ia menilai, dengan menanam mangrove tidak semudah dengan membolak-balikan telapak tangan. Sebab, tumbuhan mangrove ditanam kerap kali rusak karena diterjang gelombang laut, yang begitu besar. Kejadian itu pernah dirasakan pada tahun 2011. Ombak gorong yang dahsyat menyebabkan rob, tumbuhan mangrove yang ditanami ikut rusak.
“Tak semudah membalikkan telapak tangan dalam menanam mangrove. Penanaman paling banyak 2009, di 2010 subur, tetapi 2011 hilang semua. Kita rintis lagi, kemudian merubah jenis mangrove yang awalnya Rhizophora menjadi Avicennia, karena tumbuhnya cepat 2 sampai 3 tahun lah,” lanjut Karnawi.
Meskipun telah mendapat banyak dukungan dari banyak pihak, akan tetapi ketika merintis penanaman pohon mangrove sering dicemooh. Hal itu tentunya tak menjadi penghalang, tetap fokus pada misinya menyelamatkan lingkungan.
“Dulunya dicemooh, karena menanam mangrove disamakan kayak orang gila, karena tidak mendapat penghasilan atau pendapatan kan, tetapi ini dirumati. Bahkan sampai bertengkat sama teman-teman. Tanaman mangrove ada manfaatnya, saat gelombang besar menyapu tambak dan areal tempat mereka tinggal. masyarakat baru sadar,” terangnya. (*)