palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Islam mengajarkan kita untuk memuliakan anak yatim. Istilah yatim sendiri dalam bahasa arab berarti seorang anak belum baligh yang ayahnya meninggal dunia.
Memuliakan anak yatim termasuk menyantuni mereka dan juga menyayangi mereka memiliki berbagai keutamaan. Beberapa diantaranya tercantum dalam hadits riwayat, yang berarti diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk,” (HR Ibnu Majah).
Dilansir dari DetikHikmah, berikut sejumlah keutamaan memuliakan anak yatim.
Mendapat surga Allah
Dikutip dari hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga kecuali ia melakukan dosa yang tidak diampuni,” (HR Tirmidzi).
Dekat dengan Rasulullah
Rasulullah SAW bersabda bahwa seseorang yang memuliakan anak yatim, kelak akan dekat dengannya di surga, ibarat jari telunjuk dan tengah.
“Bahwa aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah, lalu nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan,” (HR Bukhari).
Mendapat pahala jariyah
Rasulullah SAW bersabda, “Jika manusia mati, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakannya,” (HR Muslim).
Artinya, menyantuni anak yatim akan mendapat pahala jariyah yang tak akan terputus amalnya.
Selamat dari hari kiamat
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman, “Demi yang mengutusku dengan Hak, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannyam,” (HR Thabrani). (*)
Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com