Bekas Rel Zaman Belanda Disulap Jadi Jembatan Alternatif Desa Watesaji ke Pati

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Salah satu bekas rel kereta api (KA) pada zaman peninggalan Belanda disulap oleh warga Desa Guyangan, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati menjadi jembatan.

Dimana jembatan tersebut digunakan oleh masyarakat sekitar lantaran sebagai jalan alternatif untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Diketahui, jembatan dengan nama Kedung Banteng tersebut sudah ada pada zaman Belanda. Dengan rincian panjang 50 meter dan luas 1 meter yang membentang di atas Sungai Cabean setinggi 50 meter.

Dengan kondisi yang minim, Jembatan Kedung Banteng yang terlihat sudah tua hanya berlandaskan besi bekas rel kereta dan kayu. Selain itu juga tidak adanya pembatas dan pengaman diantara sisi kanan kiri jembatan.

Meskipun begitu, masyarakat sekitar tetap menggunakan jembatan itu mulai dari aktivitas ke sawah hingga jalur alternatif warga Desa Watesaji dan Guyangan untuk menuju Kota Pati.

Salah satunya yakni Kusno (50) warga Desa Guyangan, Kecamatan Winong Pati. Ia mengaku, ketika hendak pergi menuju Kota Pati dengan melintas jalur utama jaraknya hampir separuhnya.

“Jembatan ini itu dulunya rel kereta, orang mengatakan itu bantalan, karena kayu selangkah-selangkah. Tapi ini inisiatifnya dari masyarakat sini sendiri. Ya memang sudah jalanya, warga tidak takut karena udah terbiasa,” ungkap Kusno.

“Jauh kalau pake jalan utamanya, karena lewat Desa Lumbung Emas. Kalau lewat sini kan perbedaanya cukup lumayan, ya dari sini ke Dukuh Morotoko sekitar 5 sampai 6 km lah. Tapi kalau sampai ke Winong sekitar 18 km, tapi kalau lewat Desa Lumbungmas paling setidaknya itu sampe 30 km, lumanyan banget kan” imbuhnya.

Maka dari itu, dirinya berharap agar pemerintah segera membangun Jembatan Kedung Banteng itu menjadi yang layak digunakan para masyarakat. Terlebih juga mengingat beberapa kali pengguna jalan yang melintas di atas jembatan mengalami kecelakaan. Bahkan ada yang terperosok ke sungai.

“Pemerintah itu harus perduli memikirkan masyarakat, tapi yang kasihan sekali ini. Soalnya kalau lewat sini, mau ke Todanan lebih dekat. Makannya kedepannya pemerintah lebih memperhatikan wilayah sini,  untuk penghubung Kabupaten Pati sampai Blora. Ini harapan kami sebagai masyarakat biar enak dan dekat juga,” harap dia.

Terpisah, Kepala Desa Guyangan Kecamatan Winong Pati, Jakem menyampaikan bahwasannya Jembatan Kedung Banteng dulunya digunakan untuk memuat hasil tebangan dari hutan.

“Benar, itu digunakan untuk warga. Itu kalau yang sebelah timur itu arah ke Dukuh Morotoko ikut Desa Wates Aji Kecamatan Pucakwangi. Jadi warga Dukuh Morotoko itu kalau ada kepentingan, urusan ke Kecamatan Winong atau ke Dukuh Cabean memang satu-satunya jalan lewat ke situ. Kalau lewat jalan utama itu ke Pucakwangi lebih jauh, lumayan jaraknya,” kata Jakem.

Pihaknya mengaku, jembatan tersebut sudah beberapa kali diusulkan untuk perbaikan jembatan agar menjadi yang lebih layak. Namun, hingga saat ini belum ada penindakan meskipun sudah disetujui pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Pati.

“Itu dulunya sudah saya usulkan pada waktu tahun 2018. Dan itu sudah masuk ke delegasi Musrenbang kecamatan juga. Jadi diangkat ke Musrenbang kabupaten, akhirnya disetujui oleh pak Bupati Haryanto dan diagendakan dibangun tahun 2020. Namun kebetulan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2020, alasannya ada wabah Covid-19 ya jadi akhirnya tertunda. Setelah itu akhirnya tidak ada kabar lagi,” terangnya. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati