palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Keju merupakan salah satu olahan susu yang dinilai sehat dan bernutrisi. Makanan ini merupakan sumber kalsium, lemak, dan protein. Keju juga mengandung vitamin A dan B12 dalam jumlah tinggi, bersama dengan zinc, fosfor, dan riboflavin.
Namun, meskipun keju lezat dan sehat, konsumsi berlebihan dapat menjadi faktor penyebab peningkatan berat badan. Tak hanya itu, keju juga bisa menjadi pemicu masalah kesehatan tertentu, seperti alergi dan intoleransi laktosa.
Apa dampak konsumsi keju berlebihan?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan untuk menghindari makan keju lunak kecuali pada labelnya menyatakan bahwa produk tersebut dibuat dengan susu yang dipasteurisasi atau proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri.
Ini menjadi perhatian penting bagi ibu hamil, bayi, anak, orang tua, dan orang dengan defisiensi imun untuk menghindari risiko kontaminasi.
Selain itu, meski keju memiliki banyak nutrisi yang baik untuk tubuh, kelebihan konsumsi juga tidak baik bagi tubuh. Ini karena keju tinggi kalori, lemak jenuh, kandungan natrium, dan rendah serat. Tergantung pada jenis keju yang dimakan, ada sekitar 100 kalori per ons keju.
Selain itu, keju juga bisa jadi pemicu alergi dan intoleransi laktosa. Keju yang memiliki bahan dasar susu juga mengandung laktosa, atau jenis gula yang tidak dapat dicerna oleh orang yang menderita intoleransi laktosa karena tubuh mereka kekurangan enzim untuk memecahnya.
Dalam kasus ini, mengonsumsi laktosa dapat menyebabkan masalah pencernaan termasuk kembung dan diare. Namun, ada sejumlah jenis keju yang memiliki kandungan laktosa rendah, seperti parmesan, swiss, dan cheddar.
Selain itu, orang yang memiliki alergi susu hewani juga tidak bisa makan keju. Mereka akan bereaksi kekebalan terhadap satu atau lebih protein dalam susu, seperti kasein. Kasein adalah salah satu protein utama yang ditemukan dalam susu, dan juga merupakan bahan dalam beberapa keju/
Gejala alergi susu bisa muncul sejak dini, misalnya sebelum usia 1 tahun. Pada beberapa orang, kondisi ini bisa mengancam jiwa bagi sebagian orang. (*)
Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com