Adab-adab Menjadi Orang Kaya, Apa Saja?

palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Rezeki dan kekayaan merupakan karunia dari Allah SWT yang harus dijaga sebaik-baiknya oleh manusia. Setiap sen harta yang dimiliki merupakan tanggung jawab yang limpahkan oleh-Nya agar dimanfaatkan untuk mendapatkan keberkahan.

Dilansir dari NU Online, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali menjelaskan etika atau adab menjadi orang kaya dalam risalah yang berjudul ‘Al-Adabu fid Dîn’ dalam fasal ‘Âdâbul Ghanî’ (Majmû Rasâil al-Imâm al-Ghazâlî, Kairo: al-Maktabah at-Taufîqiyyah).

Menurut Imam Al-Ghazali terdapat poin penting yang perlu diperhatikan dalam rangka menjaga etika menjadi orang kaya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut!

Selalu bersikap tawadhu’ (luzumut tawadlu’)

Tawadhu’ adalah sikap rendah hati dan tidak sombong. Sifat ini membuat seseorang tidak merasa tinggi dan tidak merasa lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT.

Menghapus sikap sombong (nafyut takabbur)

Orang yang memiliki kelebihan, termasuk kelebihan harta benda harus senantiasa bersikap rendah hati dan menghindari sikap sombong yang merupakan sifat yang tidak disukai Allah SWT. Sadari bahwa setiap kekayaan yang didapat hanyalah titipan atau sekadar amanat.

Senantiasa bersyukur (dawamusy syukr)

Adab saat memiliki kekayaan lebih adalah senantiasa bersyukur atas limpahan harta dari Allah SWT. Sementara itu, umat Islam harus melawan sifat kufur alias mengingkari nikmat Allah karena dipicu oleh sifat tamak dan tidak puas dengan harta yang dimiliki.

Terus bekerja untuk kebajikan (at-tawâshul ilâ a‘mâlil birr)

Salah satu kelebihan yang dimiliki saat kaya adalah melimpahnya sumber ekonomi. Oleh sebab itu, sebaiknya sumber kekayaan tersebut untuk kemaslahatan orang lain, bukan dibiarkan menumpuk, bukan pula untuk kegiatan mubazir atau yang menimbulkan mudharat.

Senang dikunjungi orang fakir

Adab orang kaya lainnya adalah selalu menunjukkan air muka yang berseri-seri kepada orang fakir dan gemar mengunjunginya atau al-basyâsyah bil faqîr wal iqbâl ‘alaihi. Sikap ini adalah bukti bahwa muslim yang dikaruniai kekayaan lebih tak membedakan pergaulan berdasarkan status ekonomi seseorang.

Menjawab salam kepada siapa saja (raddus salâm ‘alâ kulli ahadin)

Orang kaya juga dituntut untuk membalas sapaan yang datang dari setiap orang, terlepas dari latar belakang keturunan, kekayaan, status sosial, profesi, dan lain-lain. Manusia diciptakan setara dan sama-sama mulia oleh Allah SWT.

Menunjukkan kecukupan (idh-hârul kifâyah)

Idh-hârul kifâyah berarti menampakkan diri sebagai orang yang berkecukupan atau tidak bersikap memelas dan menunjukkan tanda sebagai orang yang butuh bantuan. Meski demikian, hal ini berbeda dengan berfoya-foya atau terlalu menunjukkan kemewahan.

Selalu lembut bertutur kata

Selalu lembut dalam bertutur dan berperangai ramah atau lathâfah al-kalimah wa thîbul muânasah merupakan tanda seseorang berpendidikan dan berstatus tinggi. Seorang muslim yang taat tidak seharusnya bersikap semena-mena, berkata-kata kasar, hingga merendahkan orang lain meski memiliki kedudukan maupun status sosial lebih tinggi.

Suka membantu untuk kegiatan positif

Adab selanjutnya adalah suka membantu untuk kepentingan-kepentingan yang positif atau al-musâ‘adah ‘alal khairât. Contohnya, senang bersedekah, membangun fasilitas umum, memberi bantuan modal usaha, menanggung biaya pendidikan orang miskin, dan lain-lain.  (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati