Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Puluhan petani yang di dominasi oleh emak-emak asal Desa Pundenrejo, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati kemah di halaman Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Pati pada Selasa (11/02/2025).
Massa aksi menginap hingga mendirikan tenda yang terbuat dari terpal berwarna biru sejak Senin (10/02/2025) sore.
Sebelumnya, pada Senin (10/02/2025) pagi petani Pundenrejo menggelar aksi demo di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati dan juga di Kantor Bupati Pati.
Pantauan palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com pukul 11.00 WIB berbagai spanduk dibentangkan, mulai dari “Petani Dadi Siji Ayo Ngusir PT LPI” hingga “BPN Jangan Sampai Main Mata Sama LPI”.
Pendamping Hukum dari LBH Semarang, Abdul mengatakan, aksi menginap ini lantaran tuntutan warga atas tanah seluas 7,3 hektar yang digarap PT LPI tak kunjung dikembalikan kepada petani Pundenrejo.
“Tuntutan warga adalah untuk supaya BPN Pati bisa memfasilitasi untuk segera memberikan tanah kepada petani Pundenrejo dan juga menolak permohonan hak pakai yang diajukan oleh PT LPI di atas tanah garapan petani Pundenrejo,” kata Abdul.
Dia berharap, aksi kemah di halaman kantor BPN ini, akan memberikan jawaban atas tanah yang digarap PT LPI.
“Petani Pundenrejo memilih bertahan sampai dengan Kepala Kantah BPN Pati ini bisa merealisasikan tuntutan-tuntutan dari petani Pundenrejo,” jelasnya.
Abdul menyampaikan, bahwa, pada Senin sore dan Selasa pagi, Kepala BPN Pati sempat menemui petani Pundenrejo. Menurutnya, pertemuan tersebut belum memberikan solusi atas lahan tanah yang dikuasai oleh PT LPI.
“Tadi pagi juga ditemui lagi oleh Kepala BPN Pati, Namun, jawabannya masih sama seperti kemarin apa yang dikatakan apa yang disampaikan oleh kepala BPN Pati masih sama seperti yang sebelumnya,” paparnya.
Sementara itu, Warga Desa Pundenrejo, Uut berharap agar tanah seluas 7,3 hektar yang dikuasai PT LPI segera dikembalikan. Sehingga kedepannya bisa dimanfaatkan oleh petani Pundenrejo untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
“Harapannya tanahnya kita balik lagi ke kita lagi. Yang kayak dulu pas digarap Mbah (nenek) turun temurun lagi kan, bisa buat ngasih anak makan,” terangnya. (*)

Wartawan palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com