Daya Beli Masyarakat Indonesia Melemah, UMKM Ngeluh Omzet Turun

palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Daya beli masyarakat Indonesia semakin melemah hingga menyebabkan omzet usaha mikro kecil dan menengan (UMKM) menurun.

Dalam hal ini, Kementerian UMKM pun memberikan tanggapan terkait dengan keluhan para pelaku UMKM.

Ketua Umum Asosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorinny menilai penjualan menurun telah terjadi sejak berbulan-bulan.

Hal tersebut terjadi disebabkan daya beli masyarakat yang melemah hingga adanya efisiensi yang diberlakukan oleh pemerintah.

“Sebenarnya kan ini sudah dari bulan-bulan kemarin tuh UMKM memang pendapatannya turun ya. Ditambah dengan memang daya beli masyarakat turun karena memang pendapatannya stuck atau mungkin malah berkurang sehingga mereka harus mengencangkan ikat pinggang gitu loh,” ujar Hermawati.

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM Bagus Rachman menjelaskan daya beli menurun secara global.

“Ya kalau daya beli yang menurun, kan ini secara global terjadi ya. Menurut saya sih, produk-produk UMKM kita ini bagus-bagus ya,” kata Bagus di Jakarta, Jumat (13/6/2025).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Peraturan tersebut menyatakan UMKM memanfaatkan kebijakan pemerintah yang mana 40 persen anggaran APBN serta APBD mengalir ke UMKM. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku UMKM.

“Mereka dari UMKM itu sendiri punya selain legalitas sebagai badan hukum, juga punya legalitas izin usaha, NIB. Nah itu kan kalau sudah punya itu, harusnya bisa masuk. Akhirnya kan punya kesempatan mereka untuk masuk, dan tanpa pengeluaran apa-apa loh. Ini kan e-commerce-nya pemerintah,” imbuh Bagus.

“Sebetulnya peluangnya banyak, termasuk juga, tentunya e-commerce umum ya, kita pengen merchant-merchant juga bisa langsung melakukan e-commerce umum,” imbuh Bagus.

Lebih lanjut, Kementerian UMKM sendiri tengah berencana membentuk Holding UMKM dengan 10 sektor prioritas, seperti pertanian, nelayan, elektronik, otomotif, kuliner, jasa, hingga edukasi.

“Kalau kita contoh industri otomotif, itu kan merek-merek tertentu itu kan dia tidak sendiri. Dia ada tier 1, 2, 3, nah itulah artinya pasok. Nah ini yang secara kemitraan rantai pasok sudah terjadi. Nah ini kita mau replikasi ke sektor lainnya, ternyata ada gitu loh,” tutur Bagus. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati