Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Program Sekolah Rakyat di Kabupaten Pati kembali menjadi sorotan, bukan hanya karena misinya yang mulia untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan gratis, tetapi juga karena tantangan besar dalam menjaring siswa yang benar-benar membutuhkan.
Meski fasilitas lengkap, seperti asrama, dan pendidikan gratis telah disiapkan, proses rekrutmen siswa masih diwarnai berbagai kendala yang kompleks.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perlindungan Jaminan Sosial Dinsos P3AKB, Tri Haryumi menyatakan bahwa pihaknya menghadapi tantangan dalam merekrut siswa. Banyak calon siswa yang awalnya mendaftar kemudian memilih sekolah lain, terutama pondok pesantren. Atau ada juga yang tidak memenuhi kriteria usia yang ditetapkan (maksimal 13 tahun).
Selain itu, ada kekhawatiran dari orang tua mengenai lokasi sekolah di Sentra Margo Laras, yang sebelumnya dikenal sebagai pusat rehabilitasi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Tri Haryumi menegaskan bahwa ODGJ di lokasi tersebut sudah dipindahkan dan kondisi lingkungan sekolah aman sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
“Mereka katanya udah menjanjikan kalau masuk ke pondok pesantren. Lalu karena tempatnya di Margo Laras, para orang tua mengira anaknya akan bersekolah dekat dengan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa), padahal tahun ini ODGJ udah kondisi baik dan dialihkan ke kabupaten lain,” ungkapnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Sekolah Rakyat diharapkan dapat mengurangi kantong kemiskinan dengan memfasilitasi anak-anak berprestasi yang benar-benar tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan tanpa biaya.
“Sekolah Rakyat ini kan program Kemensos (Kementerian Sosial) untuk tidak mampu, yatim-piatu, jadi kami dapat tantangan mencari siswa yang benar-benar tidak mampu tapi berprestasi. Harapannya termasuk salah satunya mengurangi kantong kemiskinan ketika anak bangsa bisa sekolah,” paparnya. (*)

Wartawan palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com