Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Kesenjangan harga garam antara produksi industri dan tambak petani makin terasa di Kabupaten Pati. Mengingat, harga garam industri kini mencapai Rp2.500 per kilogram, jauh melampaui harga garam petambak tradisional yang masih berkisar Rp1.500 – Rp1.700 per kilogram.
Petugas Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Bidang P3KP DKP Kabupaten Pati, Triana Shinta Dewi, menyebutkan bahwa garam industri berkualitas tinggi ini diproduksi oleh PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT).
Kadar kemurniannya mencapai 97 persen, jauh di atas standar garam tradisional yang maksimal hanya 94 persen. Bahkan, di sejumlah wilayah seperti Juwana, kadar garam yang dihasilkan hanya sekitar 90 persen atau bahkan lebih rendah.
“Garam SPJT dengan kadar 97 persen memang dijual Rp2.500. Sementara garam dari petambak tradisional seperti di Batangan bisa sampai 94 persen, tapi di Juwana masih banyak yang di bawah itu. Jadi wajar kalau harga garam industri lebih tinggi,” ungkapnya, baru-baru ini.
Perbedaan kualitas ini menjadi faktor utama disparitas harga yang signifikan. Garam industri SPJT yang berkualitas tinggi dan stabil sangat dibutuhkan oleh berbagai industri seperti pakan ternak, kosmetik, farmasi, dan tekstil.
Sementara itu, garam petambak tradisional masih diproduksi dengan cara sederhana dan kualitasnya kurang optimal, karena bahan baku yang mengandung kadar air tinggi dan proses pengolahan yang belum memenuhi standar nasional.
Kabupaten Pati sendiri memiliki potensi produksi garam yang besar, mencapai sekitar 209.202 ton per tahun, tetapi realisasi produksi garam konsumsi baru sekitar 35 persen dari potensi tersebut.
Selain itu, kualitas garam rakyat yang masih di bawah standar SNI, khususnya kadar yodium yang kurang, menjadi kendala utama dalam meningkatkan daya saing garam rakyat di pasar.
Untuk mengatasi masalah ini, Pemprov Jawa Tengah mendirikan pabrik garam industri SPJT di Desa Raci, Kecamatan Batangan, yang mulai beroperasi Juni 2025. Pabrik ini mampu memproduksi 25.000 ton garam per tahun dan menyerap garam petambak lokal hingga 30.000 ton per tahun.
Dengan kadar NaCl minimal 97 persen dan kadar air 0,5 persen, pabrik ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah garam lokal dan menjaga stabilitas harga hingga tingkat petambak, sekaligus mengurangi ketergantungan impor garam nasional.
Kecamatan Batangan sendiri sejak 2023 sudah ditetapkan sebagai Sentra Ekonomi Garam Rakyat, yang menjadi pusat produksi garam terbesar di Pati. Namun, petambak tradisional masih menghadapi tantangan besar seperti kualitas garam yang rendah dan akses pasar yang terbatas. (*)

Wartawan palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com