palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Perkembangan ekonomi saat ini menyebabkan warga kelas menengah atas Indonesia atau yang disebut dengan orang tajir cenderung menahan belanja dan lebih memilih melakukan investasi. Hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonsus Widjaja.
Meleknya pengetahuan yang mereka kuasai dalam hal pertumbuhan ekonomi menciptakan sifat kehati-hatian dalam hal perbelanjaan. Apalagi jika sudah dipengaruhi oleh adanya makroekonomi dan mikroekonomi dari global, yang menimbulkan pilihan antara mengeluarkan atau menginvestasikan uangnya.
Pernyataan tersebut dilansir dari Detikfinance dalam acara peresmian 100 merek usaha mikro kecil menengah (UMKM) di salah satu pusat perbelanjaan, Jakarta, Rabu (23/7/2025). Bertepatan dengan hal itu, Alphonsus menganjurkan agar pelaku UMKM dan produk lokal bisa segera memiliki lisensi.
Karena pusat perbelanjaan yang ada di Indonesia berisi 35% kelas menengah dan 60% kelas bawah. Jadi, total sebanyak 95% industri pusat perbelanjaan di Indonesia sudah didominasi oleh warga kelas menengah ke bawah.
Sementara itu, mal untuk kalangan orang tajir hanya diisi angka 5% dari total pusat perbelanjaan yang ada di Indonesia, seperti contoh mal di Jakarta yaitu Thamrin Sudirman, Plaza Indonesia, Senayan City dan Plaza Senayan.
Bagi pemegang merek maupun para pengusaha, konsep lisensi dan waralaba ini menjadi satu peluang yang baik. Karena karakteristik pusat perbelanjaan di Indonesia termasuk mal-mal sudah didominasi oleh kelas menengah ke bawah, maka hal ini diharapkan agar produk lokal dan UMKM bisa masuk ke pusat perbelanjaan dengan merata.
Fenomena ekonomi global saat ini yang menyebabkan masyarakat menengah ke atas menekan angka belanja mereka diantaranya nilai tukar rupiah dan harga emas yang fluktuatif. Dampaknya membuat mereka memilih berinvestasi ketimbang belanja.
Sementara dampak yang terjadi oleh kalangan kelas menengah ke bawah, cenderung mengalami penurunan daya beli yang sudah terjadi sejak 2024. Oleh karena itu, stimulus ataupun insentif yang diberikan oleh pemerintah sekarang bersifat langsung.
Salah satu insentif yang diberikan adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang cukup tepat untuk bisa menaikkan daya beli masyarakat. Namun, masalah yang terjadi justru penyalahgunaan BLT yang sudah diberikan lebih condong digunakan untuk judi online. (*)

Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com