10 Biawak Mati Ditabrak Whoosh, Pakar Lingkungan: Itu Masih Rumahnya yang Dulu

palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Seekor biawak tertabrak kereta cepat relasi Tegalluar Summarecon-Halim di KM 86+200 antara Stasiun Padalarang-Karawang pada (24/7/2025), dilansir dari Detikjabar. Total terdapat 10 ekor biawak yang sudah menjadi korban di jalur kereta cepat Whoosh selama awal semester 2025 ini.

Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Universitas Padjajaran, Herlina Agustin, menyoroti situasi tersebut harus diperhatikan dengan baik oleh PT. Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Herlina menganggap tertabraknya biawak bukan hanya perkara keselamatan kereta dan penumpangnya, tetapi juga soal keberadaan makhluk hidup lain yang ikut terdampak pada pembangunan.

Kalau ada kejadian satwa masuk dalam jalur rel, artinya sistem pengaman atau mitigasi lingkungan KCIC dianggap kurang beres. Ada ekosistem lain yang terganggu atas beroperasinya kereta cepat ini.

Menurut Herlina, biawak merupakan reptile yang mempunyai teritori. Insting biawak menganggap bahwa lokasi rel kereta cepat merupakan tempat tinggalnya, sebelum beralih fungsi.

Jika rel dibangun di atas bekas habitat atau jalur wilayah biawak, maka mereka akan tetap lewat atau bahkan berada disana. Biawak tidak paham batas proyek atau pagar yang didirikan KCIC.

“Buat mereka, itu masih rumahnya yang dulu,” ungkap Herlina.

Biawak memang bukan satwa yang dilindungi secara nasional, namun bukan berarti populasinya menjadi aman. Ada tekanan habitat, polusi, dan konflik dengan manusia yang membuat jumlahnya makin terdesak di beberapa daerah.

Biawak juga memiliki peran yang penting untuk menjaga ekosistem lingkungan, salah satunya sebagai pengendali populasi tikus dan bangkai binatang lain.

Tidak hanya biawak, banyak satwa lain yang juga masih hidup di sekitar kawasan jalur rel kereta cepat. Hal ini berarti bukan hanya ekosistem biawak saja yang terancam, tetapi satwa lain yang langka dan dilindungi juga berada disana.

Di sekitaran rel dekat pembatas KCIC yang banyak semak dan pohon, sering ditemukan trenggiling, ular, musang, bahkan burung-burung besar. Di area dekat aliran sungai atau sawah, bisa ditemukan burung air dan kodok.

Herlina menyarankan agar pihak KCIC mulai membuat sistem mitigasi lingkungan dengan serius. Tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga pembangunan seperti pembuatan pagar yang beneran aman, sistem monitoring satwa menggunakan kamera jebak, sensor gerak, atau drone.

KCIC juga diharapkan bisa bekerja sama dengan ahli ekologi untuk membuat koridor satwa atau jalur penyeberangan khusus. Transparansi atas kejadian seperti ini harus dibutuhkan dan tidak bisa dianggap sepele. Hal ini bisa membahayakan penumpang maupun satwanya. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati