palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Sebuah simbolis bernama A Bottle of Hope atau botol harapan diinisiasi oleh sekelompok aktivis dari Mesir, Libya, Aljazair dan Maroko. Simbolis ini diperuntukkan kepada warga Gaza yang sedang dilanda kelaparan di tengah gempuran Israel.
Dilansir dari cnnIndonesia, A Bottle of Hope menjadi sebuah gerakan akar rumput untuk mengirimkan bantuan makanan ke Gaza melalui botol plastik yang dikirim dengan dibiarkan mengapung sendiri di laut.
Gagasan ini terinspirasi dari konsep klasik “pesan dalam botol” yang digunakan untuk berkomunikasi dari kejauhan, dengan diisi butiran-butiran pangan yang bisa menyambung hidup masyarakat di tengah darurat kelaparan di Gaza.
Botol-botol itu berukuran satu hingga dua liter yang selanjutnya diisi dengan beras dan lentil (kacang-kacangan dari Mediterania dan Timur Tengah). Setelah ditutup rapat, botol dilemparkan dari pantai-pantai Mediterania dengan harapan mampu menembus blokade dan mencapai pantai Gaza.
Mohamed Sayed Ali Hasan, seorang akademisi dan insinyur asal Mesir yang kini tinggal di Jepang menggagas pendekatan ilmiah dengan mengembangkan metode pengiriman bantuan melalui kontainer plastik berkapasitas 25 liter.
Kontainer plastik tersebut berisi 6-8 kilogram bahan makanan dengan menyisakan 8 liter ruang udara untuk memastikan daya apung.
Untuk bisa mengikuti arus permukaan hingga mengantarkannya sampai di laut Gaza, kontainer itu harus dilempar minimal 4 kilometer dari garis pantai bersudut 60 derajat ke arah timur laut. Waktu yang dibutuhkan bisa 72-96 jam, jika diluncurkan dari daerah seperti Damietta atau Port Said timur.
Aksi ini selaras dengan ayat Al-Qur’an yang dikutip Hasan dalam pendekatan ilmiahnya, dalam QS. Al-Anfal (17):
“Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang melempar, untuk menguji orang-orang yang beriman dengan ujian yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (*)

Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com