Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Kabupaten Pati melonjak drastis selama musim tanam ketiga (MT 3), bahkan sempat menembus angka Rp 7.700 per kilogram. Kenaikan harga ini dipicu oleh minimnya pasokan gabah akibat sedikitnya lahan yang ditanami padi.
Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Jakenan, Cholil Anwar, mengungkapkan bahwa harga GKP mulai merangkak naik sejak Mei 2025. Dari sebelumnya Rp 6.500 per kilogram, harga naik menjadi Rp 7.000-an pada bulan Mei dan terus meningkat hingga mencapai Rp 7.700 di akhir Juli ini.
“Satu bulanan ini harga GKP sekitar Rp 7.300–7.400, bahkan sepekan terakhir naik lagi ke Rp 7.700 per kilogram. Tapi kalau turun hujan deras, harga bisa turun sedikit ke Rp 7.500,” ujar Cholil saat diwawancarai pada Selasa (29/7/2025).
Ia menambahkan, minimnya pasokan gabah terjadi karena banyak petani di musim tanam ketiga ini tidak menanam padi. Salah satu penyebab utamanya adalah keterbatasan pasokan air di lahan tadah hujan. Hanya petani yang memiliki akses irigasi dari Sungai Silugonggo yang masih bisa menanam padi.
“Petani di sekitar Sungai Silugonggo seperti di Bungasrejo, Karangrowo, Kedungmulyo, dan beberapa desa lain masih bisa tanam padi. Tapi yang jauh dari sungai memilih tanam palawija seperti kacang hijau,” terangnya.
Cholil menyebut kondisi ini membuat gabah menjadi komoditas yang sangat langka di pasaran. Para tengkulak atau penebas terpaksa membeli di atas harga penyerapan Bulog yang hanya Rp 6.500/kg untuk bisa bersaing mendapatkan gabah.
“Setelah panen raya MT 2 selesai, tinggal beberapa wilayah saja yang masih panen. Karena stok terbatas, otomatis hukum pasar berlaku: barang sedikit, harga naik,” ungkapnya.
Berikut desa-desa di Kecamatan Jakenan yang masih menanam padi pada MT 3 ini, yakni Bungasrejo, Karangrowo, Kedungmulyo, Ngastorejo, Sendangsoko, Sidoarum, Sonorejo, Tambahmulyo, Tlogorejo serta Tondomulyo.
Mayoritas desa tersebut mengandalkan irigasi dari Sungai Silugonggo, Sentul, dan Cabean untuk mencukupi kebutuhan air.
Kondisi ini menjadi peluang bagi petani yang tetap menanam padi, karena mereka mendapatkan harga jual yang menguntungkan. Namun di sisi lain, para pembeliterutama pedagang penggilingan dan konsumen akhir harus menghadapi harga yang kian mencekik. (*)

Wartawan palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com