palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Sering kali kita terjebak di antara dua pilihan: membuat target setinggi langit tapi berakhir mangkrak atau menciptakan target yang terlalu ringan dan dan tidak berkembang.
Padahal, kita bisa menyusun goals yang tetap ambisius tapi tetap membumi yang tidak asal tinggi, tetapi juga tidak asal gampang.
Pertama-tama, mulai dari refleksi. Sebelum menentukan tujuan, penting untuk mengenali diri sendiri. Apa kekuatanmu? Apa kelemahanmu? Apa yang ingin kamu capai karena kamu benar-benar menginginkannya, bukan hanya ikut-ikutan tren atau ekspektasi orang lain?
Menurut Psychology Today, tujuan yang berasal dari nilai dan passion pribadi lebih mungkin tercapai dibanding dengan yang dibentuk karena tekanan sosial.
Selanjutnya, gunakan prinsip SMART Goals, yaitu Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-bound. Misalnya, mengubah kalimat “aku mau jadi sukses” menjadi “aku mau punya usaha kecil yang menghasilkan 3 juta per bulan dalam 6 bulan ke depan.”
Jelas, bisa diukur, masuk akal, sesuai kebutuhan hidup dan memiliki tenggat waktu.
Tapi di sisi lain, kesan ambisius tetap butuh disisipkan dalam goals-mu untuk mengetahui kapasitasmu berkembang ke arah sana. Harvard Business Review menyebutkan bahwa goals yang terlalu gampang justru bisa menurunkan motivasi karena otak kita tidak merasa tertantang.
Tips lainnya: pecah target besar menjadi langkah-langkah kecil.
Misalnya, kamu ingin lulus kuliah dengan IPK 3.8, maka pecahlah menjadi tugas harian, seperti: “belajar 1 jam per hari”, “ikut diskusi mingguan”, atau “bikin ringkasan tiap selesai bab.” Langkah kecil yang konsisten jauh lebih efektif daripada niat besar yang cuma jadi wacana.
Jangan lupa evaluasi secara berkala, dan berikan ruang pada dirimu untuk merayakan pencapaian sekecil apa pun. Jangan menunggu sampai goals tercapai penuh untuk merasa bangga. (*)

Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com