palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Koding dan artificial intelligence (AI) resmi ditetapkan sebagai mata pelajaran (mapel) pilihan tahun ajaran 2025/2026 oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Hal ini dilandasi dengan pentingnya menyongsong keterampilan yang paling dibutuhkan di 2030, seperti yang terlampir dalam data World Economic Forum.
Namun, ketetapan tersebut justru mendapat kritikan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Melansir dari Detik, seorang anggota Komisi X DPR RI dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Muhammad Hoerudin Amin mengkritik ketetapan itu dengan dalih pada tingkat pendidikan dasar (SD), murid lebih baik dibangun konsep dasarnya, salah satunya diperdengarkan dongeng.
Menurutnya, dongeng dianggap tidak hanya murah, tetapi juga lebih mencerdaskan.
Ia menyebut bahwa konteksnya sebenarnya terdapat dari bagaimana kecerdasan itu terolah, terbangun, terbentuk, dan tradisi dongeng dianggap lebih mencerdaskan daripada tradisi visualisasi.
Dongeng sudah menjadi tradisi yang mampu mengembangkan tingkat imajinasi anak secara murah, dibanding koding-AI yang memerlukan modal besar.
Menanggapi hal tersebut, Mendikdasmen Abdul Mu’ti menegaskan bahwa koding-AI bersifat sebagai maple pilihan bukan wajib, dengan alasan tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang mendukung.
Selain itu, pihaknya sedang melakukan pelatihan pembelajaran mendalam terkait koding, kecerdasan artifisial hingga bimbingan konseling secara terus menerus untuk memperbaiki persoalan karakter anak-anak bangsa.
Lebih lanjut, Mu’ti juga menjawab perihal dongeng, bahwa prosesnya dinilai bisa dilakukan menggunakan koding dan AI. Kementerian juga memiliki program sejenis mendongeng yang ditekankan oleh Badan Bahasa, tanpa menggantikan koding-AI. (*)

Redaksi palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com