Fakta Menarik Tentang Fenomena Overwork di Asia

palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Fenomena kerja berlebihan atau overwork masih menjadi persoalan serius di berbagai negara Asia. Budaya kerja yang menuntut produktivitas tinggi sering kali membuat para pekerja mengorbankan kesehatan fisik maupun mental mereka.

Meski sudah banyak kampanye kesadaran mengenai work-life balance, data terbaru menunjukkan bahwa fenomena ini justru kian meningkat di era pasca-pandemi.

Di Jepang, istilah karoshi atau “kematian akibat kerja berlebihan” sudah lama dikenal. Menurut data Kementerian Kesehatan Jepang tahun 2024, rata-rata pekerja di negeri sakura itu menghabiskan 1.970 jam kerja per tahun.

Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara maju yang hanya sekitar 1.750 jam per tahun.

Fenomena serupa juga terlihat di Korea Selatan. OECD mencatat pada 2024, rata-rata pekerja Korea menghabiskan lebih dari 1.900 jam kerja per tahun, menjadikannya salah satu yang tertinggi di dunia.

Tak heran jika pemerintah setempat berkali-kali mencoba membatasi jam kerja maksimal 52 jam per minggu, meski implementasinya kerap diperdebatkan.

Sebuah studi dari Universitas Nasional Singapura (2025) mengungkap bahwa 43% pekerja Asia mengaku mengalami kelelahan ekstrem (burnout) akibat tekanan kerja berlebihan.

Di Indonesia sendiri, survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sekitar 37% karyawan kantoran merasa jam kerja yang panjang membuat kualitas hidup mereka menurun, terutama dari sisi kesehatan mental dan hubungan sosial.

Psikolog kerja menyebut overwork bisa memicu stres kronis, gangguan tidur, bahkan depresi. Tidak jarang, kasus serangan jantung mendadak juga dikaitkan dengan beban kerja yang berlebihan.

Alasan fenomena ini begitu kuat di Asia adalah faktor budaya. Di banyak negara Asia Timur, loyalitas terhadap perusahaan dipandang sebagai bentuk kehormatan. Pekerja sering merasa malu pulang lebih awal daripada atasan.

Dari sisi ekonomi, tingginya biaya hidup di kota besar seperti Tokyo, Seoul, hingga Jakarta membuat banyak orang bekerja lebih lama demi menambah penghasilan. Fenomena side hustle atau pekerjaan sampingan juga semakin populer, namun seringkali menambah beban jam kerja total dalam sehari.

Beberapa negara mulai mencoba solusi kreatif. Jepang misalnya, sejak 2024 menguji coba workation dengan konsep bekerja sambil berlibur untuk memberi ruang relaksasi bagi pekerja. Korea Selatan mengembangkan kebijakan remote work untuk mengurangi stres perjalanan ke kantor.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia mulai mengadopsi kebijakan mental health day, yaitu cuti khusus untuk menjaga kesehatan mental karyawan. Meski belum masif, langkah ini dianggap sebagai sinyal positif. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati