Ada Puluhan Anak Berisiko Putus Sekolah di Setiap Desa se-Kabupaten Pati

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermades) Kabupaten Pati, Anak Berisiko Putus Sekolah (ABPS) di Kabupaten Pati tahun ini mencapai puluhan di setiap desa.

Catatan tersebut diselenggarakan dalam tahun pendataan Anak Tidak Sekolah (ATS) maupun ABPS tahun 2022 di 8 (delapan) desa berbeda se-Kabupaten Pati.

Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda Bidang Pengembangan Desa Dispermades Kabupaten Pati, Siti Mahmudah mengungkapkan keberadaan ABPS cukup mendominasi. Ia bahkan menyebutkan dalam 1 (satu) desa saja ada puluhan.

Meskipun demikian, ia belum dapat menjabarkan secara rinci. Tetapi, secara data kasarnya, Siti sempat menyebutkan satu desa ada yang mencapai 20 ABPS.

“Jumlah sendiri bermacam-macam, per desa ada 20 anak. Namun semua data belum kita akumulasi dari desa-desa yang disurvei itu,” jelasnya.

“Tapi rata-rata Anak Berisiko Putus Sekolah saja yang tinggi. Kalau ATS-nya sendiri tidak banyak dan yang disabilitas paling satu desa cuma satu-dua anak,” tandasnya.

Pada tahun ini, ada delapan desa yang ditetapkan untuk lokasi desa pendataan ATS maupun ABPS. Sebanyak empat desa merupakan data dari tahun 2021. Sedangkan, empat desa lainnya merupakan desa yang dipilih tahun 2022.

Ke-delapan desa tersebut yakni Desa Guwo Kecamatan Tlogowungu, Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil, Desa Kedungsari Kecamatan Tayu, Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal, Desa Pakis Kecamatan Tayu, Desa Karangsari Kecamatan Cluwak, Desa Tlutuk Kecamatan Trangkil, dan Desa Sidomukti Kecamatan Margoyoso.

Menurutnya, data tersebut dapat diajukan ke pihak Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) yang kemudian dapat dialokasikan melalui dana desa supaya mengembalikan anak-anak ini bersekolah.

“APBS maupun ATS ini mungkin karena pandemi, banyak orang tuanya mereka kena PHK, penghasilannya turun dan stabilitas ekonomi yang juga tidak memungkinkan membiayai sekolah lagi. Nah, dari itu desa mendata anak-anak tersebut agar dibantu melalui anggaran desa dan dapat sekolah lagi,” ujarnya.

Lebih lanjut, dengan melalui program yang menggandeng UNICEF dapat membantu anak-anak tersebut, minimal hingga menginjak pendidikan di tingkat SMA maupun Kejar Paket C. (*)