Endro Dwi Cahyono: Gotong Royong Adalah Nilai Luhur Budaya Indonesia

Pati, palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah, Endro Dwi Cahyono mengatakan bahwa gotong royong adalah nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia.

Yang dimana setiap warga masyarakat pastinya memiliki tradisi saling bantu membantu. Terlebih dalam kegiatan sosial, baik berbasis pada pekerjaan, maupun aktivitas yang meringankan warga sekitar.

Lebih lanjut, pihaknya menganggap bahwa gotong royong di Provinsi Jawa Tengah khususnya di wilayah Pati untuk saat ini mulai memudar bahkan hilang.

“Gotong royong itu adalah salah satu nilai-nilai luhur yang kita punya, di Pati ada gotong royong mboten, ya meskipun saiki wes raono ketoke, memudar,” kata Endro.

Padahal, Endro secara pribadi mengaku senang lantaran dahulu setiap hari Minggu tepatnya, warga masyarakat selalu mengadakan kegiatan gotong royong.

“Dulu saya waktu kecil seneng banget gotong royong, dulu tiap minggu pagi ada bapak-bapak yang udah nyangkul, udah ngarit, pokoknya seneng saya kalau tiap hari minggu ada jadwal gotong royong. Karena itu adalah hal yang sangat membanggakan,” ngakunya.

Berdasarkan keterangan tersebut, ia menilai bahwa memudarnya kegiatan gotong royong yakni dikarenakan saat ini banyak warga masyarakat yang sudah sibuk dalam hal pekerjaan maupun dalam aktivitas lainnya.

Tak hanya itu, Endro juga menjelaskan bahwa gotong royong dalam arti yakni dapat mempererat rasa persatuan dan kesatuan warga bermasayarat dilingkungan masing-masing.

Terlebih melalui gotong rotong bisa dipastikan semua aktivitas maupun hal yang meringankan masyarakat bisa mudah diatasai dan dikerjakan bersama-sama.

“Gotong royong itu bener nggeh, wong nek nyambut gawe kalau bareng-bareng kan luweh enteng nk nyambut gawe bareng-bareng, iso luweh cepet, kemudian pekerjaan yang dikerjakan itu lebih cepat. Jadi lebih baik kepala banyak daripada kepala satu nggeh, nah itu yang disebut gotong rogong sebagai nilai-nilai luhur budaya” tutupnya. (*)